Eksplore anything with the simple way...

Saturday, October 31, 2009

Kerja Keras adalah Energi Kita

Kerja Keras adalah energi kita - According PT. Pertamina Persero Cyber News in Jakarta, Monday, October 19 2009 (16:28)Kerosene conversion to LPG Successfully Save USD $ 10.7 Trillion Oil Subsidy. That' s wonderfull way !
I interest to review that great moment by writting this to follow Pertamina Blog Contest in celebrating PT. Pertamina's birthday.

LPG conversion program success 3 kg and continued to do the addition of distribution facilities and stockpiling of LPG is carried out led to an appreciation of Pertamina awards Dharma Karya Energy and Mineral Resources Ministry Associate of Energy and Mineral Resources (ESDM), Monday (28 / 9).

Awards received by the National Program Implementation Team Convert Kerosene to LPG because of the success of the program do the conversion of kerosene to LPG 3 pounds that have been made from 2007 to the present.



Awards for success with amazing motto kerja keras adalah energi kita, given the Minister of Energy and Mineral Resources Purnomo Yusgiantoro of Indonesia to PT Pertamina (Persero) which has distributed nearly 40 million package for the conversion of prime households and small businesses. Until the second week of October, the accumulated amount of the distribution tube has reached 39,885,177.
For the year 2009, recorded until mid-October 2009, Pertamina has distributed packets of stoves and cylinders 20,138,021 Family Head (KK) and micro-businesses or achieve the target 85 percent of the 23,772,582 package later this year.

LPG conversion program is successful it rolled out in Indonesia is the largest in the world, because this conversion is done by the target 52 million households within three years in 2010, even this program has been praised by the World LP Gas Association as a model for the conversion of non-user LPG to LPG which can be used as examples of other countries.

Pertamina also received awards represented also accepted by the Hanung Budya build infrastructure for the success of LPG Filling Stations particularly Bulk Liquefied petroleum gas (SPBE) as many as 103 fruits. In addition, Pertamina is also building the largest SPBE supported 120 Liquefied petroleum gas filling machine and has a charging capacity of 1,000 metric tons per day, it also because of kerja keras adalah energi kita spirit.

Kerosene conversion to LPG

Throughout the 2007-2009 period conversion program was carried out, has managed to save the state subsidy of Rp 19.98 trillion. The cost for the conversion package is around Rp. 9.3 Trillion, so the total savings that can be performed country is around Rp. 10.7 Trillion.

Since the start of a conversion program in 2007, LPG consumption continues to increase. For the year 2009, Pertamina predicts the total use of LPG will penetrate a 3 million metric tons. This figure consists of 1.7 million LPG Mton for PSO (subsidized) and 1.3 million Tonnes of LPG Non Subsidy. The increased consumption of LPG gas fuel must be followed by efforts to improve infrastructure performance and distribution support. For that, Pertamina seek acceleration of the development of supporting infrastructure. Including the development of several LPG Storage Terminal either made by Pertamina and the third party as an investment partner.

Withdrawal of kerosene has reached 97 percent of the registration of 4,045,928 Kilo Liter Revised targets 2009 for 4.1 million Kilo Liter. For the realization of refill (refill tube) and the prime LPG has reached 1,301,070 Metric Ton (MT) or 77 percent of the target year 2009 is 1,753,552 MT. Target 52 million beneficiaries are expected to pack in mid 2010. Bravo pertamina ! Happy birthday - kerja keras adalah energi kita

Lanjutan Novel Cinta dalam Mihrab

Kerja keras adalah energi kita - Bumi terus berputar pada porosnya. Detik berkumpul
menjadi menit. Menit berkumpul menjadi jam. Jam
berkumpul menjadi hari. Minggu berkumpul menjadi
bulan. Ternyata sudah enam bulan Zahrana mengajar
di STM. Namun masalah utamanya belum juga selesai.
la belum juga mendapatkan jodohnya. Setelah mendapat
tawaran dari Pak Didik, sudah ada dua orang yang maju.
Tapi entah kenapa ia tidak sreg. Hatinya belum cocok.
Yang pertama dibawa oleh teman ayahnya. Seorang
satpam di sebuah Bank BUMN. Ia tidak lagi melihat.

status. Satpam atau apapun tak jadi masalah. la tidak maaf jika belum bisa menjadi anak yang membahagiakan
sreg karena satpam itu tidak bisa membaca Al-Quran orangtua. Ibunya, akhirnya luluh dalam tangis. Ayahnya
sama sekali. Sekali lagi, tidak bisa membaca Al-Quran yang melihat hal itu juga menangis. Sang ayah berkata
sama sekali. Shalat juga dengan jujur diakuinya tidak sambil terisak,
pernah lengkap. la hanya membayangkan akan jadi apa, kerja keras adalah energi kita "Saat pindah ke STM Al Fatah kamu bilang siapa
anak-anaknya kelak jika ayahnya sama sekali tidak tahu jodohmu di pesantren. Coba datanglah ke Pak Kiai.
mengenal Al-Quran. Dalam bahasa dia, buta Al-Quran. Coba kamu minta pada Pak Kiai untuk membantu
Dan alangkah beratnya mengajari ngaji suaminya dari mencarikan. Mungkin kamu akan ditemukan dengan
nol. Juga mendisiplinkan shalatnya dari nol. Akhirnya santrinya!"
tanpa berpikir panjang ia lebih memilih menunggu yang
"Baiklah ayah, tak kurang ikhtiar saya. Untuk
lain.
menemukan yang saya idamkan baiklah saya akan
Orang yang kedua, yang maju melamarnya dibawa sowan ke tempat Bu Nyai dan Pak Kiai secepatnya."
oleh temannya sendiri, Wati. Seorang pemilik bengkel Jawab Zahrana sambil mengusap airmatanya.
sepeda motor. Duda beranak tiga. Status duda dengan Esoknya ia nekat mengajak Lina, menghadap Bu
berapa anak juga sebenarnya tidak masalah baginya. Ia
Nyai dan Pak Kiai. Ia mengajak Lina sahabatnya itu,
tidak mungkin cocok dengan duda itu, karena ia telah
karena Lina dulu pernah nyatri di Pesantren ARIS
kawin cerai sebanyak tiga kali dalam waktu tiga tahun.
Kaliwungu selama satu bulan saja, yaitu selama bulan
Tiga anak itu adalah hasil kawin cerainya dengan tiga
Ramadhan. Lina tentu lebih tahu berdiplomasi dengan
perempuan berbeda. Ia tidak mau jadi korban yang
Bu Nyai daripada dirinya yang sama sekali tidak pernah
keempat. Meskipun Wati mengatakan bahwa lelaki itu
nyantri.
telah insyaf. Ia ingin menikahi Zahrana sebagai isteri
Kedatangannya diterima Bu Nyai dengan wajah
yang terakhir. Karena ia tidak juga bisa menenangkan
menyejukkan. Bu Nyai Sa'adah Al Hafidhah adalah isteri
batinya. Akhirnya ia tolak juga pemilik bengkel itu.
K.H. Amir Arselan, pengasuh utama Pesantren Al Fatah.
Datangnya lamaran silih berganti yang semuanya Bu Nyai ini u m u r n y a lima p u l u h a n tahun. Dulu
ditolak oleh Zahrana itu membuat ibunya sempat marah. menghafal Al-Quran di Kudus. Dan di tangannya kini
"Kamu itu masih tinggi hati Rana! Perempuan tinggi telah lahir ratusan santriwati yang hafal Al-Quran. Saat
hati tak akan mendapatkan jodohnya!" itu kebetulan Pak Kiai sedang pergi ke Rembang. Hanya
Ia menangis dimarahi ibunya begitu. Ia merasa Bu Nyai yang menemui.
penolakannya itu ada landasan logika dan syariatnya 'Apa yang bisa Ummi bantu, Anakku? Oh ya siapa
yang kuat. Ia menangis di pangkuan ibunya, dan minta namamu, Anakku?" tanya Bu Nyai.
42 43
harus tinggi seperti kamu juga saleh. Kalau boleh tahu,
" N a m a saya Rana, Ummi. Lengkapnya Dewi
Zahrana. Kedatangan saya ke sini pertama untuk kalau strata p e n d i d i k a n n y a tidak setinggi k a m u
silaturrahmi. Kedua untuk mohon tambahan doa dari bagaimana?"
Ummi. Kebetulan saya ikut mengajar di STM Al Fatah. Zahrana mengerti maksud Bu Nyai. Segera ia
Baru enam bulan ini Ummi." Terang Zahrana dengan menjawab,
kepala menunduk. "Saat ini status, strata, kedudukan sosial, pendidikan
"O begitu. Ya. Jadi kau guru baru di STM Al Fatah?" dan lain sebagainya tidak jadi pertimbangan saya Bu
"Iya, Ummi." Nyai. Saya hanya ingin suami yang baik agamanya. Baik
imannya dan bisa jadi teladan untuk anak-anak kelak.
"Dulu nyantri di mana?"
Itu saja."
Belum sempat Zahrana menjawab, Lina memotong,
"Oo, baiklah kalau begitu. Besok kautelpon aku ya.
"Zahrana ini belum pernah nyantri, Ummi. Tapi dia
Nanti malam aku akan rembugan dengan Pak Kiai.




hariannya seperti santri. Zahrana ini dari SMA. Terus
Semoga ada pandangan."
kuliah S.l di UGM dan S.2 di ITB Bandung, Ummi."
"Baik Bu Nyai."
"Kalau begitu kamu hebat ya Zahrana. Bisa S.2 di
Keduanya lalu pamitan setelah dipaksa Bu Nyai
ITB. Jurusan apa?"
menghabiskan minuman yang ada di gelas.
"Teknik Sipil, Ummi."
"Harus dihabiskan. Kalau tidak habis itu namanya
Bu Nyai hanya manggut-manggut.
mubazir. Dan orang yang suka mubazir itu teman
Lina tahu bahwa Zahrana tidak berani mengung-
akrabnya setan." Kata Bu Nyai serius.
kapkan maksud sebenarnya. Maka dengan tanpa
Rana dan Lina hanya bisa manut saja. Mereka pulang
diminta ia lalu menjelaskan dengan sehalus mungkin
dengan hati diliputi rasa gembira. Bu Nyai Dah, atau
maksud utama kedatangan Zahrana ke pesantren. Bu
Ummi Dah, begitu para santri memanggilnya, ternyata
Nyai menjawab,
sangat halus tuturbahasanya, begitu perhatian dan begitu
"Saya yakin tidak m u d a h mencari yang selevel menyenangkan. Wajar jika banyak santri yang men-
denganmu, Anakku. Jujur saja kalau misalnya ada
cintainya. Pak Kiai pasti bahagia punya isteri sebaik dia.
yang selesai S.2 umurnya sama denganmu dia akan
***
memilih yang lebih muda darimu. Lelaki itu umumnya
punya ego, tidak mau isterinya lebih pinter dan lebih Zahrana baru saja masuk kelas, ketika kepala
tua darinya. Tapi ya tidak semua lelaki lho. Sekali lagi sekolah memanggilnya. Ia bertanya-tanya dalam hati,
tidak mudah mencarikan jodoh yang pendidikannya "Ada apa sepagi ini kepala sekolah memanggilnya." Ia
45
44
"Ya. Semoga barakah, Anakku!"
bergegas ke ruang kepala sekolah dengan kepala berisi
tanda tanya. Zahrana berjalan ke kelas dengan telinga yang
mendengungkan apa yang disampaikan Bu Nyai:
"Bu Rana, saya baru saja ditelpon sama Bu Nyai Dah.
Beliau minta kau menghadap beliau sekarang juga." "...Ia dari keluarga pas-pasan. Anak kedua dari tujuh
Begitu kata kepala sekolah begitu ia sampai di ruang kerja bersaudara. Pekerjaannya sekarang jualan kerupuk
beliau. Zahrana langsung tahu kenapa Bu Nyai memang- keliling. Dia duda tanpa anak. Isterinya meninggal satu
gilnya. Ia langsung bergegas ke ndalem Bu Nyai Dah. tahun yang lalu karena demam berdarah...!"
Bu Nyai Dah ternyata sudah menunggunya sambil Sambil berjalan ia menirukan ucapan Bu Nyai,
membaca Al-Quran. Begitu Zahrana sampai beliau "Pekerjaannya sekarang jualan kerupuk keliling. Dia
menghentikan bacaannya. Kerja keras adalah energi kita duda tanpa anak. Isterinya meninggal satu tahun!"
"Duduklah, Anakku." "Hmm penjual kerupuk keliling. Apakah memang
Ia duduk dengan kepala menunduk. takdirku jadi isteri seorang penjual kerupuk keliling?"
gumamnya sendiri.
"Begini, Anakku. Pak Kiai punya seorang santri yang
sudah tiga tahun ini meninggalkan pesantren. Dia santri Ada dialog yang cukup serius dalam dirinya.
yang dulu sangat diandalkan Pak Kiai. Namanya Rah- "Tapi meskipun penjual kerupuk keliling. Ia adalah
mad. Pendidikannya tidak tinggi. Ia hanya tamat Madra- orang yang baik akhlak dan ibadahnya. Tanggung
sah Aliyah. Tidak kuliah. Karena setelah itu dia mengabdi jawabnya bisa diandalkan. Toh aku sudah bilang pada
di pesantren ini. Baik akhlak dan ibadahnya. Tanggung Bu Nyai b a h w a status, strata, k e d u d u k a n sosial,
jawabnya bisa diandalkan. Ia dari keluarga pas-pasan. pendidikan dan lain sebagainya tidak jadi pertimbangan
Anak kedua dari tujuh bersaudara. Pekerjaannya sekarang lagi. Yang aku inginkan adalah suami yang baik
jualan kerupuk keliling. Dia duda tanpa anak. Isterinya agamanya. Baik imannya dan bisa jadi teladan untuk
meninggal satu tahun yang lalu karena demam berdarah.
anak-anak kelak. Apakah aku harus mempersoalkan
Itulah informasi yang bisa aku berikan. Musyawarah-
pekerjaannya yang cuma penjual kerupuk keliling?"
kanlah dengan kedua orangtuamu dan kerjakanlah shalat
Sampai di kelas ia tidak konsentrasi mengajar.
Istikharah. Jika kamu ingin dan tertarik, beritahukan
Akhirnya ia memberi pekerjaan kepada para siswa. Jam
Ummi. Nanti kita carikan jalan terbaik."
ketiga ia ijin pulang ke rumah dengan alasan ada
"Baiklah, Ummi. Terima kasih. Saya akan musya- kepentingan yang sangat penting berkaitan dengan
warah dan Istikharah dulu. Saya pamit dulu Ummi, permintaan Bu Nyai. Jika alasannya Bu Nyai, tidak ada
karena tadi kelas saya tinggalkan." Jawab Zahrana. yang berani membantah.
47
46
Sampai di rumah ia mengajak musyawarah ayah dan dan kau boleh bertanya apa saja padanya. Biasa saja. Dia
ibunya. Keduanya mendorongnya untuk maju. tidak tahu apa-apa masalah ini. Dengan begitu kau bisa
tahu dengan jelas calon suamimu itu. Jika kau masih juga
"Kemuliaan h i d u p seseorang itu tidak karena
mantap, maka bisa diteruskan. Jika tidak ya tidak apa-
pendidikannya atau pekerjaannya. Seseorang jika
apa."
dimuliakan oleh Allah akan juga mulia di mata manusia."
Demikian kata ibunya. "Baik Bu Nyai." Jawabnya.
Ia mulai man tap. Dari situ ia tahu betapa demokratisnya Bu Nyai.
Betapa bijaksananya Bu Nyai. Betapa Bu Nyai memang
Namun merasa masih belum cukup. Ia lalu menelpon
tidak mau memaksa. Ia kemudian jadi takut. Jangan-
Lina. Dari jauh Lina menjawab,
jangan ia yang nanti mau, tapi si penjual kerupuk itu
"Dia kan lulusan aliyah. Nanti jika kalian sudah
justru yang tidak mau dengan alasan minder dan lain
menikah dan hidup mapan. Minta saja dia kuliah.
sebagainya. Ia mendesah nafas panjang. Biarlah waktu
Dengan begitu dia akan selesai S.l dan jarak pendidikan
yang menjawabnya, desahnya.
tidak terlalu jauh. Dan sebenarnya dengan dia mengabdi
di Pesantren bertahun-tahun dia telah mendapatkan * * *
pelajaran hidup yang lebih matang dari mata kuliah di
Hari berikutnya Zahrana benar-benar tidak ke mana-
Program Pascasarjana sekalipun. Sudah mantaplah Ran.
mana sejak pagi. Hari itu ia ijin tidak mengajar demi
Pak Kiai dan Bu Nyai pasti berusaha mengarahkan yang
mengejar takdir. Ia menunggu di ruang tamu. Terkadang
terbaik."
juga di beranda. Sesekali ke jalan. Penjual kerupuk itu
Mantap sudah hatinya. Niatnya sudah bulat. Untuk tidak juga datang.
semakin m e m a n t a p k a n ia p u n Istikharah. Setelah Jam sebelas siang seorang penjual kerupuk datang.
Istikharah rasa mantapnya semakin besar. Hari itu juga
"Puk Kerupuk! Puk Kerupuk!" Suara penjual
ia menelpon Bu Nyai dan menjelaskan kemantapannya.
kerupuk itu membahana. Hari Zahrana sedikit lega. Ia
Bu Nyai menjawab, menunggu. Suara itu semakin mendekat. Semakin
"Baiklah coba jelaskan alamat rumahmu!" mendekat. Ia keluar ke beranda. Begitu penjual kerupuk
sampai di depannya, ia berteriak,
"Saya tinggal di Perumahan Klipang Asri. Jalan
Madukara B-15." "Kerupuk Pak!"
"Besok satu hari penuh jangan ke mana-mana. Pak Penjual kerupuk itu menghentikan langkah. Tempat
Kiai akan meminta si Rahmad itu berjualan ke peruma- k e r u p u k y a n g dipikulnya ia t u r u n k a n . Z a h r a n a
han di mana kau tinggal. Kau belilah kerupuk darinya, terperanjat. Sudah tua. Ia memperkirakan umurnya
48 49
mendekati lima puluh tahun. Kulitnya hitam legam "Tidak terpikir Lin. Sama sekali tidak terpikir bertanya
tersengat matahari. la hampir menangis. namanya tadi. Aku sudah shock duluan tahu penjual itu
sudah tua. Tidak seperti yang aku bayangkan."
"Iya Bu, beli berapa?"
"Ya sudah. Kalau begitu kau sabar saja. Yang jelas,
"Tiga ribu Pak."
tidak mungkin Pak Kiai dan Bu Nyai tega menjerumus-
"Baik Bu."
kanmu. Ini kan masih siang. Kau tunggu saja. Aku yakin
Penjual kerupuk itu mengambil kerupuk dan
yang dikirim Pak Kiai pasti baik. Pokoknya kamu jangan
memasukkan ke dalam plastik lalu menyerahkan
ke mana-mana ya. Tunggu sampai malam datang. Mau
kepada Zahrana. Zahrana mengeluarkan uang dua dapat suami saleh harus sabar ya." Lina berusaha
puluh ribu. menenangkan dan menguatkan.
"Ada yang kecilBu?"
"Terima kasih Lin. Semoga yang kaukatakan benar."
"Aduh tak ada Pak."
Zahrana kembali menunggu. Nyaris satu hari penuh
"Aduh gimana ya Bu. Saya tak ada kembalian. Udah Zahrana menunggu dengan perasaan sedih, jengkel,
ibu bawa dulu saja kerupuknya. Kapan-kapan kalau saya marah juga berharap. Belum pernah ia sepegal itu. la
lewat ibu bayar." yang dulu pernah mendapatkan predikat mahasiswa
"E jangan Pak. Udah bapak bawa saja. Itu sedekah teladan UGM kini menunggu datangnya seorang penjual
saya untuk Bapak." kerupuk keliling. Begitu pentingnya penjual kerupuk itu.
Tapi inilah takdir hidupnya. Ia merasa ia harus sabar.
"Baik Bu kalau begitu. Matur nuwun ya Bu. Semoga
keinginan ibu dikabulkan Allah." Sampai senja tiba, tukang kerupuk selain yang
pertama belum datang. Ia menangis. Jika benar, yang
"Amin." Dalam hati Zahrana berdoa ingin suami
dikirim Pak Kiai adalah Pak Tua tadi, maka ia merasa
yang saleh dan pantas bagi dirinya.
menjadi perempuan paling menderita di dunia. Sampai
Begitu penjual kerupuk itu pergi, Zahrana langsung
Pak Kiai dan Bu Nyai yang dia anggap orang yang
menghubungi Lina sambil menangis. la menceritakan
sangat arif pun, berpendapat bahwa ia pantasnya dengan
penjual kerupuk yang baru ditemuinya.
lelaki berkepala lima. Sudah sedemikian tidak ber-
"Apakah dalam pandangan Pak Kiai dan Bu Nyai
harganya dirinya.
saya memang pantasnya untuk penjual kerupuk yang
Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan
tua itu?" Nada Zahrana terdengar sedih.
Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak ada
"Tenanglah Rana. Kau sudah tanya sama Pak Tua
penjual kerupuk yang datang kecuali Pak Tua tadi. Ia
itu siapa namanya?"
bingung. Ia lemas. Ia keluar lagi. Berharap ada penjual
50 51
kerupuk lain yang datang. Penjual kerupuk seperti yang telah senja. Zahrana terperanjat. Masih m u d a dan
ia bayangkan. Ia duduk di kursi beranda. Airmatanya ganteng. Keringat yang mengalir, lengan yang kekar
bercucuran, terbakar matahari menambah pesona tersendiri. Sesaat
lamanya ia memandangi penjual kerupuk itu.
"Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku.
Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah "Iya Bu, beli berapa?"
jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai Ia tersadar.
syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah
"E...lima ribu."
kepada-Mu."
Penjual kerupuk itu mengambil plastik hitam besar
Ia lalu bangkit masuk rumah lagi. Tak ada siapa-
dan memenuhinya dengan kerupuk.
siapa di rumah. Ayah dan ibunya sedang ke rumah
"Ini Bu"
sepupunya yang memiliki hajat sunatan di Pucang
Ia mengambil kerupuk dan mengulurkan uang lima
Gading.
puluh ribu.
Baru saja masuk, ia mendengar suara nyaring,
Penjual kerupuk itu menerima uang itu dan meng-
"Kerupuk-kerupuk! Kerupuk Paak! Kerupuk Buu!"
hitung uang kembalinya.
Ia terperanjat dan bergegas keluar. Suaranya lebih
"Ini kembalinya Bu. Empat puluh lima ribu rupiah."
tegas dan lantang. Ia lari. Penjual kerupuk itu telah
Zahrana menerima dengan tangan kanannya.
melewati rumahnya. Ia melongok dari pagar. Penjual
Sementara tangan kirinya memegang kantong plastik
kerupuk itu hanya tampak punggungnya. Ia naik sepeda
berisi kerupuk. Penjual bersiap melanjutkan per-
dan mengayuh sepedanya dengan cukup kencang.
jalanan.
Zahrana jadi penasaran. Dengan cepat ia nyalakan
sepeda motornya yang berdiri di beranda. Lalu melesat "E, Sebentar, Mas." Zahrana menghentikan.
mengejar. Tak perlu waktu lama agar penjual kerupuk "Ya Bu, ada apa? Apa uang kembalinya kurang?"
itu terkejar. Apa susahnya bagi sepeda motor untuk
"Tidak kok Mas. Mau tanya, sudah lama jualan
mengejar sepeda. Ketika sudah dekat ia berteriak,
kerupuk ya Mas? Kok kayaknya baru ke daerah ini."
"Kerupuk, Mas!"
"Iya Bu. Sudah lama. Saya memang baru kali ini
Penjual kerupuk itu menepi menghentikan sepeda- ke daerah ini. Biasanya saya beroperasi di daerah
nya. Ia melakukan hal yang sama. Penjual kerupuk itu Mranggen, Plamongan Indah, Pucang Gading dan
membuka topi lebarnya dan mengipas-ngipaskannya ke Penggaron saja,"
tubuhnya. Semarang memang panas, meskipun hari
"O. Ini cari langganan baru ya?"
52 53
"Bisa ya, bisa tidak." "Bagaimana orangnya? Ganteng? Kau cocok?"
"Kok begitu." "Ah ibu itu lho semangat banget. Yang jelas orangnya
"Biasanya dagangan saya sudah laku di timur, tidak baik. Yang lain nanti kita musyawarahkan!"
perlu sampai ke kampung ini. Saya jualan ke sini hanya "Iya. Iya. Baik."
karena sendiko dawuh saja sama Pak Kiai. Pak Kiai saya Zahrana lalu masuk kamarnya untuk siap-siap shalat
itu aneh, tiba-tiba saya diminta jualan di daerah ini, di Maghrib. Sebelum ia mengambil air w u d h u hpnya
perumahan ini. Dan anehnya Pak Kiai bilang hari ini saja. berdering. Sebuah SMS masuk. Ia buka,
Besok-besok terserah."
"Ass wr wb. Bu ini Hasan. Alhmdulillah tadi sy sdh
Jantung Zahrana berdegup kencang. Azan Maghrib w i s u d a . Dan a l h m d u l i l l a h sy d i n o b a t k a n sbg m h s w
terbaik. Ini jg berkat doa dan bimbingan Ibu. Trm ksh
mengalun. sdh mmnjami referensi dll. Mhn doanya. Wassalam."
"Boleh tahu, siapa nama Mas?"
Ia t e r s e n y u m . Ia b a h a g i a membaca SMS itu.
"Nama saya Rahmad Bu. Sudah ya Bu saya jalan Bagaimana tidak bahagia jika ada seorang murid yang
dulu. Sudah Maghrib, saya harus cari masjid." berhasil tidak lupa pada gurunya. Ia teringat saat dulu
Penjual kerupuk itu mengayuh sepedanya ke arah diwisuda di UGM dan menjadi lulusan terbaik di
suara azan b e r k u m a n d a n g . Zahrana m e m a n d a n g Fakultasnya. Saat itu ia sangat bahagia. Dan itu pula
punggungnya sampai hilang di kejauhan. yang saat ini sedang dirasakan mahasiswanya, Hasan.
"Diakah jodoh yang ditakdirkan Allah untukku?" Ia teringat Nina. Bagaimana dengan Nina? Nina
tanyanya dalam hari. tak kalah h e b a t n y a d e n g a n H a s a n . Tiba-tiba ia
tersenyum simpul. Hasan dan Nina itu cocok. Kalau
Ia lalu kembali ke rumahnya. Sampai di rumah ayah
mereka menikah itu pas. Hasan ganteng, Nina cantik.
ibunya sudah ad a di rumah.
Sama-sama aktivis. Sama-sama cerdas d a n bisa
"Dari mana Rana? Ini rumah ditinggal pergi tapi
diandalkan.
pintu terbuka tak dikunci? Jangan sembrono kamu!"
tegur ibunya serius. * **
"Dari mengejar penjual kerupuk Bu. Wong cuma Setelah Zahrana melakukan kroscek pada Bu Nyai,
sebentar kok." Jawab Zahrana tenang. memang penjual kerupuk yang masih muda itulah yang
"Penjual kerupuk yang dikirim Bu Nyai itu?" tanya dimaksud Pak Kiai. Umurnya 29 tahun. Jadi lebih muda
ibunya dengan mata berbinar. empat tahun dari Zahrana. Setelah memikir dan
menimbang tiga hari lamanya Zahrana merasa cocok.
"Iya Bu."
Ayah dan ibu Zahrana pun cocok.
54 55
nada sangat gembira dan memastikan mereka datang.
Barulah setelah itu Pak Kiai dan Bu Nyai mem-
Namun dua orang mahasiswa yang ia harapkan datang,
pertemukan dua keluarga. Mulanya si Rahmad merasa
minder. Tapi Pak Kiai berhasil meyakinkan Rahmad yaitu Nina dan Hasan malah tidak bisa datang.
untuk tidak minder. Pada Rahmad Pak Kiai berkata, Nina mengirim balasan:
"Zahrana ini, meskipun berpendidikan tinggi tapi ia "Trm ksh Bu atas u n d a n g a n n y a . Smg prnikhnnya
barakah. Maaf sy tdak bisa datang sbb pada hari yang
rendah hati. Yang jadi pertimbangan Zahrana dalam
sama saya jg akan melangsungkn akad nikah di Jkt.
mencari suami bukan materi, status, strata, kedudukan Saling mendoakan ya Bu. Nina."
sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Yang jadi
Ia bahagia, Nina langsung menikah begitu selesai S.l.
pertimbangan Zahrana adalah agama, iman dan akhlak.
Tapi sedikit kecewa karena Nina tidak menikah dengan
Insya Allah, ia gadis salehah yang mampu menghormati
Hasan. Seperti yang ia idealkan. Ia langsung sadar, ideal
suaminya. Jadi kamu jangan minder!"
di mata manusia itu berbeda dengan ideal di mata Allah
Akhirnya Rahmad juga menyatakan cocok. Jadilah
Swt.
dua keluarga itu cocok. Saat musyawarah dua keluarga
Sementara Hasan mengirim balasan,
itu, Zahrana m e n g u t a r a k a n keinginannya u n t u k
" S m g p r n k h a n Ibu pnh b a r a k a h . Maaf sy t d k bs
mempercepat pernikahannya. Usul Zahrana diterima
datang Bu. Sbb hari itu saya hams mengurus beasiswa
dengan penuh semangat oleh dua keluarga. S.2 USM (Universiti Sains Malaysia). Motion doanya."
"Semakin cepat semakin baik. Insya Allah semakin Kabar yang membuatnya bahagia. Mahasiswa
cepat juga semakin barakah!" Demikian Pak Kiai penuh dedikasi seperti Hasan memang pantas mendapat-
berkomentar. kan beasiswa. Dalam hati ia berdoa semoga semua
Dan ditetapkanlah hari H pernikahan Rahmad mahasiswanya berhasil dan sukses.
dengan Zahrana dua minggu setelah pertemuan itu. Dua Tak ketinggalan ia juga m e n g u n d a n g teman-
keluarga itu langsung didera kesibukan menyiapkan temannya sesama dosen waktu mengajar di kampus
pesta pernikahan itu. Karena Zahrana anak tunggal, Pak Fakultas Teknik. Semua ia undang termasuk Bu Merlin.
Munajat ingin semua teman lama dan saudara diundang. Hanya Pak Karman yang tidak. Ia tak ingin hari
Dengan kerja keras, dalam waktu relatif singkat bahagianya rusak dengan melihat bandot tua yang tidak
undangan pernikahan tersebar. Zahrana mengundang ia suka itu.
semua temannya. Yang tidak bisa dikirimi undangan Namun mau tidak mau Pak Karman tahu juga kabar
diberitahu lewat email dan SMS . Ia juga mengundang itu. Dan ia juga tahu bahwa hanya ia seorang di kampus
mahasiswanya yang ia kenal. Mereka ia undang lewat yang tidak diundang. Hal itu membuatnya marah dan
SMS. Para mahasiswanya mengirim balasan dengan geram.
57
56
"Jangan sebut aku ini Karman jika tidak bisa
memberi pelajaran pahit pada perempuan tengik itu!"
Geramnya sambil memukul meja di ruang kerjanya. Bersambung ...
status. Satpam atau apapun tak jadi masalah. la tidak maaf jika belum bisa menjadi anak yang membahagiakan
sreg karena satpam itu tidak bisa membaca Al-Quran orangtua. Ibunya, akhirnya luluh dalam tangis. Ayahnya
sama sekali. Sekali lagi, tidak bisa membaca Al-Quran yang melihat hal itu juga menangis. Sang ayah berkata
sama sekali. Shalat juga dengan jujur diakuinya tidak sambil terisak,
pernah lengkap. la hanya membayangkan akan jadi apa, kerja keras adalah energi kita "Saat pindah ke STM Al Fatah kamu bilang siapa
anak-anaknya kelak jika ayahnya sama sekali tidak tahu jodohmu di pesantren. Coba datanglah ke Pak Kiai.
mengenal Al-Quran. Dalam bahasa dia, buta Al-Quran. Coba kamu minta pada Pak Kiai untuk membantu
Dan alangkah beratnya mengajari ngaji suaminya dari mencarikan. Mungkin kamu akan ditemukan dengan
nol. Juga mendisiplinkan shalatnya dari nol. Akhirnya santrinya!"
tanpa berpikir panjang ia lebih memilih menunggu yang
"Baiklah ayah, tak kurang ikhtiar saya. Untuk
lain.
menemukan yang saya idamkan baiklah saya akan
Orang yang kedua, yang maju melamarnya dibawa sowan ke tempat Bu Nyai dan Pak Kiai secepatnya."
oleh temannya sendiri, Wati. Seorang pemilik bengkel Jawab Zahrana sambil mengusap airmatanya.
sepeda motor. Duda beranak tiga. Status duda dengan Esoknya ia nekat mengajak Lina, menghadap Bu
berapa anak juga sebenarnya tidak masalah baginya. Ia
Nyai dan Pak Kiai. Ia mengajak Lina sahabatnya itu,
tidak mungkin cocok dengan duda itu, karena ia telah
karena Lina dulu pernah nyatri di Pesantren ARIS
kawin cerai sebanyak tiga kali dalam waktu tiga tahun.
Kaliwungu selama satu bulan saja, yaitu selama bulan
Tiga anak itu adalah hasil kawin cerainya dengan tiga
Ramadhan. Lina tentu lebih tahu berdiplomasi dengan
perempuan berbeda. Ia tidak mau jadi korban yang
Bu Nyai daripada dirinya yang sama sekali tidak pernah
keempat. Meskipun Wati mengatakan bahwa lelaki itu
nyantri.
telah insyaf. Ia ingin menikahi Zahrana sebagai isteri
Kedatangannya diterima Bu Nyai dengan wajah
yang terakhir. Karena ia tidak juga bisa menenangkan
menyejukkan. Bu Nyai Sa'adah Al Hafidhah adalah isteri
batinya. Akhirnya ia tolak juga pemilik bengkel itu.
K.H. Amir Arselan, pengasuh utama Pesantren Al Fatah.
Datangnya lamaran silih berganti yang semuanya Bu Nyai ini u m u r n y a lima p u l u h a n tahun. Dulu
ditolak oleh Zahrana itu membuat ibunya sempat marah. menghafal Al-Quran di Kudus. Dan di tangannya kini
"Kamu itu masih tinggi hati Rana! Perempuan tinggi telah lahir ratusan santriwati yang hafal Al-Quran. Saat
hati tak akan mendapatkan jodohnya!" itu kebetulan Pak Kiai sedang pergi ke Rembang. Hanya
Ia menangis dimarahi ibunya begitu. Ia merasa Bu Nyai yang menemui.
penolakannya itu ada landasan logika dan syariatnya 'Apa yang bisa Ummi bantu, Anakku? Oh ya siapa
yang kuat. Ia menangis di pangkuan ibunya, dan minta namamu, Anakku?" tanya Bu Nyai.
42 43
harus tinggi seperti kamu juga saleh. Kalau boleh tahu,
" N a m a saya Rana, Ummi. Lengkapnya Dewi
Zahrana. Kedatangan saya ke sini pertama untuk kalau strata p e n d i d i k a n n y a tidak setinggi k a m u
silaturrahmi. Kedua untuk mohon tambahan doa dari bagaimana?"
Ummi. Kebetulan saya ikut mengajar di STM Al Fatah. Zahrana mengerti maksud Bu Nyai. Segera ia
Baru enam bulan ini Ummi." Terang Zahrana dengan menjawab,
kepala menunduk. "Saat ini status, strata, kedudukan sosial, pendidikan
"O begitu. Ya. Jadi kau guru baru di STM Al Fatah?" dan lain sebagainya tidak jadi pertimbangan saya Bu
"Iya, Ummi." Nyai. Saya hanya ingin suami yang baik agamanya. Baik
imannya dan bisa jadi teladan untuk anak-anak kelak.
"Dulu nyantri di mana?"
Itu saja."
Belum sempat Zahrana menjawab, Lina memotong,
"Oo, baiklah kalau begitu. Besok kautelpon aku ya.
"Zahrana ini belum pernah nyantri, Ummi. Tapi dia
Nanti malam aku akan rembugan dengan Pak Kiai.
hariannya seperti santri. Zahrana ini dari SMA. Terus
Semoga ada pandangan."
kuliah S.l di UGM dan S.2 di ITB Bandung, Ummi."
"Baik Bu Nyai."
"Kalau begitu kamu hebat ya Zahrana. Bisa S.2 di
Keduanya lalu pamitan setelah dipaksa Bu Nyai
ITB. Jurusan apa?"
menghabiskan minuman yang ada di gelas.
"Teknik Sipil, Ummi."
"Harus dihabiskan. Kalau tidak habis itu namanya
Bu Nyai hanya manggut-manggut.
mubazir. Dan orang yang suka mubazir itu teman
Lina tahu bahwa Zahrana tidak berani mengung-
akrabnya setan." Kata Bu Nyai serius.
kapkan maksud sebenarnya. Maka dengan tanpa
Rana dan Lina hanya bisa manut saja. Mereka pulang
diminta ia lalu menjelaskan dengan sehalus mungkin
dengan hati diliputi rasa gembira. Bu Nyai Dah, atau
maksud utama kedatangan Zahrana ke pesantren. Bu
Ummi Dah, begitu para santri memanggilnya, ternyata
Nyai menjawab,
sangat halus tuturbahasanya, begitu perhatian dan begitu
"Saya yakin tidak m u d a h mencari yang selevel menyenangkan. Wajar jika banyak santri yang men-
denganmu, Anakku. Jujur saja kalau misalnya ada
cintainya. Pak Kiai pasti bahagia punya isteri sebaik dia.
yang selesai S.2 umurnya sama denganmu dia akan
***
memilih yang lebih muda darimu. Lelaki itu umumnya
punya ego, tidak mau isterinya lebih pinter dan lebih Zahrana baru saja masuk kelas, ketika kepala
tua darinya. Tapi ya tidak semua lelaki lho. Sekali lagi sekolah memanggilnya. Ia bertanya-tanya dalam hati,
tidak mudah mencarikan jodoh yang pendidikannya "Ada apa sepagi ini kepala sekolah memanggilnya." Ia
45
44
"Ya. Semoga barakah, Anakku!"
bergegas ke ruang kepala sekolah dengan kepala berisi
tanda tanya. Zahrana berjalan ke kelas dengan telinga yang
mendengungkan apa yang disampaikan Bu Nyai:
"Bu Rana, saya baru saja ditelpon sama Bu Nyai Dah.
Beliau minta kau menghadap beliau sekarang juga." "...Ia dari keluarga pas-pasan. Anak kedua dari tujuh
Begitu kata kepala sekolah begitu ia sampai di ruang kerja bersaudara. Pekerjaannya sekarang jualan kerupuk
beliau. Zahrana langsung tahu kenapa Bu Nyai memang- keliling. Dia duda tanpa anak. Isterinya meninggal satu
gilnya. Ia langsung bergegas ke ndalem Bu Nyai Dah. tahun yang lalu karena demam berdarah...!"
Bu Nyai Dah ternyata sudah menunggunya sambil Sambil berjalan ia menirukan ucapan Bu Nyai,
membaca Al-Quran. Begitu Zahrana sampai beliau "Pekerjaannya sekarang jualan kerupuk keliling. Dia
menghentikan bacaannya. Kerja keras adalah energi kita duda tanpa anak. Isterinya meninggal satu tahun!"
"Duduklah, Anakku." "Hmm penjual kerupuk keliling. Apakah memang
Ia duduk dengan kepala menunduk. takdirku jadi isteri seorang penjual kerupuk keliling?"
gumamnya sendiri.
"Begini, Anakku. Pak Kiai punya seorang santri yang
sudah tiga tahun ini meninggalkan pesantren. Dia santri Ada dialog yang cukup serius dalam dirinya.
yang dulu sangat diandalkan Pak Kiai. Namanya Rah- "Tapi meskipun penjual kerupuk keliling. Ia adalah
mad. Pendidikannya tidak tinggi. Ia hanya tamat Madra- orang yang baik akhlak dan ibadahnya. Tanggung
sah Aliyah. Tidak kuliah. Karena setelah itu dia mengabdi jawabnya bisa diandalkan. Toh aku sudah bilang pada
di pesantren ini. Baik akhlak dan ibadahnya. Tanggung Bu Nyai b a h w a status, strata, k e d u d u k a n sosial,
jawabnya bisa diandalkan. Ia dari keluarga pas-pasan. pendidikan dan lain sebagainya tidak jadi pertimbangan
Anak kedua dari tujuh bersaudara. Pekerjaannya sekarang lagi. Yang aku inginkan adalah suami yang baik
jualan kerupuk keliling. Dia duda tanpa anak. Isterinya agamanya. Baik imannya dan bisa jadi teladan untuk
meninggal satu tahun yang lalu karena demam berdarah.
anak-anak kelak. Apakah aku harus mempersoalkan
Itulah informasi yang bisa aku berikan. Musyawarah-
pekerjaannya yang cuma penjual kerupuk keliling?"
kanlah dengan kedua orangtuamu dan kerjakanlah shalat
Sampai di kelas ia tidak konsentrasi mengajar.
Istikharah. Jika kamu ingin dan tertarik, beritahukan
Akhirnya ia memberi pekerjaan kepada para siswa. Jam
Ummi. Nanti kita carikan jalan terbaik."
ketiga ia ijin pulang ke rumah dengan alasan ada
"Baiklah, Ummi. Terima kasih. Saya akan musya- kepentingan yang sangat penting berkaitan dengan
warah dan Istikharah dulu. Saya pamit dulu Ummi, permintaan Bu Nyai. Jika alasannya Bu Nyai, tidak ada
karena tadi kelas saya tinggalkan." Jawab Zahrana. yang berani membantah.
47
46
Sampai di rumah ia mengajak musyawarah ayah dan dan kau boleh bertanya apa saja padanya. Biasa saja. Dia
ibunya. Keduanya mendorongnya untuk maju. tidak tahu apa-apa masalah ini. Dengan begitu kau bisa
tahu dengan jelas calon suamimu itu. Jika kau masih juga
"Kemuliaan h i d u p seseorang itu tidak karena
mantap, maka bisa diteruskan. Jika tidak ya tidak apa-
pendidikannya atau pekerjaannya. Seseorang jika
apa."
dimuliakan oleh Allah akan juga mulia di mata manusia."
Demikian kata ibunya. "Baik Bu Nyai." Jawabnya.
Ia mulai man tap. Dari situ ia tahu betapa demokratisnya Bu Nyai.
Betapa bijaksananya Bu Nyai. Betapa Bu Nyai memang
Namun merasa masih belum cukup. Ia lalu menelpon
tidak mau memaksa. Ia kemudian jadi takut. Jangan-
Lina. Dari jauh Lina menjawab,
jangan ia yang nanti mau, tapi si penjual kerupuk itu
"Dia kan lulusan aliyah. Nanti jika kalian sudah
justru yang tidak mau dengan alasan minder dan lain
menikah dan hidup mapan. Minta saja dia kuliah.
sebagainya. Ia mendesah nafas panjang. Biarlah waktu
Dengan begitu dia akan selesai S.l dan jarak pendidikan
yang menjawabnya, desahnya.
tidak terlalu jauh. Dan sebenarnya dengan dia mengabdi
di Pesantren bertahun-tahun dia telah mendapatkan * * *
pelajaran hidup yang lebih matang dari mata kuliah di
Hari berikutnya Zahrana benar-benar tidak ke mana-
Program Pascasarjana sekalipun. Sudah mantaplah Ran.
mana sejak pagi. Hari itu ia ijin tidak mengajar demi
Pak Kiai dan Bu Nyai pasti berusaha mengarahkan yang
mengejar takdir. Ia menunggu di ruang tamu. Terkadang
terbaik."
juga di beranda. Sesekali ke jalan. Penjual kerupuk itu
Mantap sudah hatinya. Niatnya sudah bulat. Untuk tidak juga datang.
semakin m e m a n t a p k a n ia p u n Istikharah. Setelah Jam sebelas siang seorang penjual kerupuk datang.
Istikharah rasa mantapnya semakin besar. Hari itu juga
"Puk Kerupuk! Puk Kerupuk!" Suara penjual
ia menelpon Bu Nyai dan menjelaskan kemantapannya.
kerupuk itu membahana. Hari Zahrana sedikit lega. Ia
Bu Nyai menjawab, menunggu. Suara itu semakin mendekat. Semakin
"Baiklah coba jelaskan alamat rumahmu!" mendekat. Ia keluar ke beranda. Begitu penjual kerupuk
sampai di depannya, ia berteriak,
"Saya tinggal di Perumahan Klipang Asri. Jalan
Madukara B-15." "Kerupuk Pak!"
"Besok satu hari penuh jangan ke mana-mana. Pak Penjual kerupuk itu menghentikan langkah. Tempat
Kiai akan meminta si Rahmad itu berjualan ke peruma- k e r u p u k y a n g dipikulnya ia t u r u n k a n . Z a h r a n a
han di mana kau tinggal. Kau belilah kerupuk darinya, terperanjat. Sudah tua. Ia memperkirakan umurnya
48 49
mendekati lima puluh tahun. Kulitnya hitam legam "Tidak terpikir Lin. Sama sekali tidak terpikir bertanya
tersengat matahari. la hampir menangis. namanya tadi. Aku sudah shock duluan tahu penjual itu
sudah tua. Tidak seperti yang aku bayangkan."
"Iya Bu, beli berapa?"
"Ya sudah. Kalau begitu kau sabar saja. Yang jelas,
"Tiga ribu Pak."
tidak mungkin Pak Kiai dan Bu Nyai tega menjerumus-
"Baik Bu."
kanmu. Ini kan masih siang. Kau tunggu saja. Aku yakin
Penjual kerupuk itu mengambil kerupuk dan
yang dikirim Pak Kiai pasti baik. Pokoknya kamu jangan
memasukkan ke dalam plastik lalu menyerahkan
ke mana-mana ya. Tunggu sampai malam datang. Mau
kepada Zahrana. Zahrana mengeluarkan uang dua dapat suami saleh harus sabar ya." Lina berusaha
puluh ribu. menenangkan dan menguatkan.
"Ada yang kecilBu?"
"Terima kasih Lin. Semoga yang kaukatakan benar."
"Aduh tak ada Pak."
Zahrana kembali menunggu. Nyaris satu hari penuh
"Aduh gimana ya Bu. Saya tak ada kembalian. Udah Zahrana menunggu dengan perasaan sedih, jengkel,
ibu bawa dulu saja kerupuknya. Kapan-kapan kalau saya marah juga berharap. Belum pernah ia sepegal itu. la
lewat ibu bayar." yang dulu pernah mendapatkan predikat mahasiswa
"E jangan Pak. Udah bapak bawa saja. Itu sedekah teladan UGM kini menunggu datangnya seorang penjual
saya untuk Bapak." kerupuk keliling. Begitu pentingnya penjual kerupuk itu.
Tapi inilah takdir hidupnya. Ia merasa ia harus sabar.
"Baik Bu kalau begitu. Matur nuwun ya Bu. Semoga
keinginan ibu dikabulkan Allah." Sampai senja tiba, tukang kerupuk selain yang
pertama belum datang. Ia menangis. Jika benar, yang
"Amin." Dalam hati Zahrana berdoa ingin suami
dikirim Pak Kiai adalah Pak Tua tadi, maka ia merasa
yang saleh dan pantas bagi dirinya.
menjadi perempuan paling menderita di dunia. Sampai
Begitu penjual kerupuk itu pergi, Zahrana langsung
Pak Kiai dan Bu Nyai yang dia anggap orang yang
menghubungi Lina sambil menangis. la menceritakan
sangat arif pun, berpendapat bahwa ia pantasnya dengan
penjual kerupuk yang baru ditemuinya.
lelaki berkepala lima. Sudah sedemikian tidak ber-
"Apakah dalam pandangan Pak Kiai dan Bu Nyai
harganya dirinya.
saya memang pantasnya untuk penjual kerupuk yang
Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan
tua itu?" Nada Zahrana terdengar sedih.
Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak ada
"Tenanglah Rana. Kau sudah tanya sama Pak Tua
penjual kerupuk yang datang kecuali Pak Tua tadi. Ia
itu siapa namanya?"
bingung. Ia lemas. Ia keluar lagi. Berharap ada penjual
50 51
kerupuk lain yang datang. Penjual kerupuk seperti yang telah senja. Zahrana terperanjat. Masih m u d a dan
ia bayangkan. Ia duduk di kursi beranda. Airmatanya ganteng. Keringat yang mengalir, lengan yang kekar
bercucuran, terbakar matahari menambah pesona tersendiri. Sesaat
lamanya ia memandangi penjual kerupuk itu.
"Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku.
Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah "Iya Bu, beli berapa?"
jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai Ia tersadar.
syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah
"E...lima ribu."
kepada-Mu."
Penjual kerupuk itu mengambil plastik hitam besar
Ia lalu bangkit masuk rumah lagi. Tak ada siapa-
dan memenuhinya dengan kerupuk.
siapa di rumah. Ayah dan ibunya sedang ke rumah
"Ini Bu"
sepupunya yang memiliki hajat sunatan di Pucang
Ia mengambil kerupuk dan mengulurkan uang lima
Gading.
puluh ribu.
Baru saja masuk, ia mendengar suara nyaring,
Penjual kerupuk itu menerima uang itu dan meng-
"Kerupuk-kerupuk! Kerupuk Paak! Kerupuk Buu!"
hitung uang kembalinya.
Ia terperanjat dan bergegas keluar. Suaranya lebih
"Ini kembalinya Bu. Empat puluh lima ribu rupiah."
tegas dan lantang. Ia lari. Penjual kerupuk itu telah
Zahrana menerima dengan tangan kanannya.
melewati rumahnya. Ia melongok dari pagar. Penjual
Sementara tangan kirinya memegang kantong plastik
kerupuk itu hanya tampak punggungnya. Ia naik sepeda
berisi kerupuk. Penjual bersiap melanjutkan per-
dan mengayuh sepedanya dengan cukup kencang.
jalanan.
Zahrana jadi penasaran. Dengan cepat ia nyalakan
sepeda motornya yang berdiri di beranda. Lalu melesat "E, Sebentar, Mas." Zahrana menghentikan.
mengejar. Tak perlu waktu lama agar penjual kerupuk "Ya Bu, ada apa? Apa uang kembalinya kurang?"
itu terkejar. Apa susahnya bagi sepeda motor untuk
"Tidak kok Mas. Mau tanya, sudah lama jualan
mengejar sepeda. Ketika sudah dekat ia berteriak,
kerupuk ya Mas? Kok kayaknya baru ke daerah ini."
"Kerupuk, Mas!"
"Iya Bu. Sudah lama. Saya memang baru kali ini
Penjual kerupuk itu menepi menghentikan sepeda- ke daerah ini. Biasanya saya beroperasi di daerah
nya. Ia melakukan hal yang sama. Penjual kerupuk itu Mranggen, Plamongan Indah, Pucang Gading dan
membuka topi lebarnya dan mengipas-ngipaskannya ke Penggaron saja,"
tubuhnya. Semarang memang panas, meskipun hari
"O. Ini cari langganan baru ya?"
52 53
"Bisa ya, bisa tidak." "Bagaimana orangnya? Ganteng? Kau cocok?"
"Kok begitu." "Ah ibu itu lho semangat banget. Yang jelas orangnya
"Biasanya dagangan saya sudah laku di timur, tidak baik. Yang lain nanti kita musyawarahkan!"
perlu sampai ke kampung ini. Saya jualan ke sini hanya "Iya. Iya. Baik."
karena sendiko dawuh saja sama Pak Kiai. Pak Kiai saya Zahrana lalu masuk kamarnya untuk siap-siap shalat
itu aneh, tiba-tiba saya diminta jualan di daerah ini, di Maghrib. Sebelum ia mengambil air w u d h u hpnya
perumahan ini. Dan anehnya Pak Kiai bilang hari ini saja. berdering. Sebuah SMS masuk. Ia buka,
Besok-besok terserah."
"Ass wr wb. Bu ini Hasan. Alhmdulillah tadi sy sdh
Jantung Zahrana berdegup kencang. Azan Maghrib w i s u d a . Dan a l h m d u l i l l a h sy d i n o b a t k a n sbg m h s w
terbaik. Ini jg berkat doa dan bimbingan Ibu. Trm ksh
mengalun. sdh mmnjami referensi dll. Mhn doanya. Wassalam."
"Boleh tahu, siapa nama Mas?"
Ia t e r s e n y u m . Ia b a h a g i a membaca SMS itu.
"Nama saya Rahmad Bu. Sudah ya Bu saya jalan Bagaimana tidak bahagia jika ada seorang murid yang
dulu. Sudah Maghrib, saya harus cari masjid." berhasil tidak lupa pada gurunya. Ia teringat saat dulu
Penjual kerupuk itu mengayuh sepedanya ke arah diwisuda di UGM dan menjadi lulusan terbaik di
suara azan b e r k u m a n d a n g . Zahrana m e m a n d a n g Fakultasnya. Saat itu ia sangat bahagia. Dan itu pula
punggungnya sampai hilang di kejauhan. yang saat ini sedang dirasakan mahasiswanya, Hasan.
"Diakah jodoh yang ditakdirkan Allah untukku?" Ia teringat Nina. Bagaimana dengan Nina? Nina
tanyanya dalam hari. tak kalah h e b a t n y a d e n g a n H a s a n . Tiba-tiba ia
tersenyum simpul. Hasan dan Nina itu cocok. Kalau
Ia lalu kembali ke rumahnya. Sampai di rumah ayah
mereka menikah itu pas. Hasan ganteng, Nina cantik.
ibunya sudah ad a di rumah.
Sama-sama aktivis. Sama-sama cerdas d a n bisa
"Dari mana Rana? Ini rumah ditinggal pergi tapi
diandalkan.
pintu terbuka tak dikunci? Jangan sembrono kamu!"
tegur ibunya serius. * **
"Dari mengejar penjual kerupuk Bu. Wong cuma Setelah Zahrana melakukan kroscek pada Bu Nyai,
sebentar kok." Jawab Zahrana tenang. memang penjual kerupuk yang masih muda itulah yang
"Penjual kerupuk yang dikirim Bu Nyai itu?" tanya dimaksud Pak Kiai. Umurnya 29 tahun. Jadi lebih muda
ibunya dengan mata berbinar. empat tahun dari Zahrana. Setelah memikir dan
menimbang tiga hari lamanya Zahrana merasa cocok.
"Iya Bu."
Ayah dan ibu Zahrana pun cocok.
54 55
nada sangat gembira dan memastikan mereka datang.
Barulah setelah itu Pak Kiai dan Bu Nyai mem-
Namun dua orang mahasiswa yang ia harapkan datang,
pertemukan dua keluarga. Mulanya si Rahmad merasa
minder. Tapi Pak Kiai berhasil meyakinkan Rahmad yaitu Nina dan Hasan malah tidak bisa datang.
untuk tidak minder. Pada Rahmad Pak Kiai berkata, Nina mengirim balasan:
"Zahrana ini, meskipun berpendidikan tinggi tapi ia "Trm ksh Bu atas u n d a n g a n n y a . Smg prnikhnnya
barakah. Maaf sy tdak bisa datang sbb pada hari yang
rendah hati. Yang jadi pertimbangan Zahrana dalam
sama saya jg akan melangsungkn akad nikah di Jkt.
mencari suami bukan materi, status, strata, kedudukan Saling mendoakan ya Bu. Nina."
sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Yang jadi
Ia bahagia, Nina langsung menikah begitu selesai S.l.
pertimbangan Zahrana adalah agama, iman dan akhlak.
Tapi sedikit kecewa karena Nina tidak menikah dengan
Insya Allah, ia gadis salehah yang mampu menghormati
Hasan. Seperti yang ia idealkan. Ia langsung sadar, ideal
suaminya. Jadi kamu jangan minder!"
di mata manusia itu berbeda dengan ideal di mata Allah
Akhirnya Rahmad juga menyatakan cocok. Jadilah
Swt.
dua keluarga itu cocok. Saat musyawarah dua keluarga
Sementara Hasan mengirim balasan,
itu, Zahrana m e n g u t a r a k a n keinginannya u n t u k
" S m g p r n k h a n Ibu pnh b a r a k a h . Maaf sy t d k bs
mempercepat pernikahannya. Usul Zahrana diterima
datang Bu. Sbb hari itu saya hams mengurus beasiswa
dengan penuh semangat oleh dua keluarga. S.2 USM (Universiti Sains Malaysia). Motion doanya."
"Semakin cepat semakin baik. Insya Allah semakin Kabar yang membuatnya bahagia. Mahasiswa
cepat juga semakin barakah!" Demikian Pak Kiai penuh dedikasi seperti Hasan memang pantas mendapat-
berkomentar. kan beasiswa. Dalam hati ia berdoa semoga semua
Dan ditetapkanlah hari H pernikahan Rahmad mahasiswanya berhasil dan sukses.
dengan Zahrana dua minggu setelah pertemuan itu. Dua Tak ketinggalan ia juga m e n g u n d a n g teman-
keluarga itu langsung didera kesibukan menyiapkan temannya sesama dosen waktu mengajar di kampus
pesta pernikahan itu. Karena Zahrana anak tunggal, Pak Fakultas Teknik. Semua ia undang termasuk Bu Merlin.
Munajat ingin semua teman lama dan saudara diundang. Hanya Pak Karman yang tidak. Ia tak ingin hari
Dengan kerja keras, dalam waktu relatif singkat bahagianya rusak dengan melihat bandot tua yang tidak
undangan pernikahan tersebar. Zahrana mengundang ia suka itu.
semua temannya. Yang tidak bisa dikirimi undangan Namun mau tidak mau Pak Karman tahu juga kabar
diberitahu lewat email dan SMS . Ia juga mengundang itu. Dan ia juga tahu bahwa hanya ia seorang di kampus
mahasiswanya yang ia kenal. Mereka ia undang lewat yang tidak diundang. Hal itu membuatnya marah dan
SMS. Para mahasiswanya mengirim balasan dengan geram.
57
56
"Jangan sebut aku ini Karman jika tidak bisa
memberi pelajaran pahit pada perempuan tengik itu!"
Geramnya sambil memukul meja di ruang kerjanya.
.

Habiburrahman El Shirazy, Cinta dalam Mihrab bagian kedua

Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan
iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari
dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan
orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya
sukses. Hidup berkecukupan. Punya pekerjaan yang
terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia
mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut
teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia
dipercaya d u d u k dalam jajaran pengajar tetap di
universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa
Tengah: Semarang.

Yuyun menawarkan kakaknya yang sudah buka kios
Tidak hanya itu, ia juga pernah mendapatkan
pakaian dalam di Pasar Bringharjo Jogja. Saat itu kenapa
penghargaan sebagai dosen paling berdedikasi di
ia begitu tinggi hati. Ia masih memandang rendah
kampusnya. Ia sangat disegani oleh sesama dosen dan
pekerjaan jualan pakaian dalam. Sekarang kakaknya
dicintai oleh mahasiswanya. Ia juga disayang oleh
Yuyun sudah punya toko pakaian dan sepatu yang
keluarga dan para tetangganya. Bagi p e r e m p u a n
lumayan besar di Jogja. Akhirnya ia menikah dengan
seusianya, nyaris tidak ada yang kurang pada dirinya.
seorang santriwati dari Pesantren Al Munawwir, Krapyak.
Sudah berapa kali ia m e n d e n g a r pujian tentang
Dan sekarang telah membuka SDIT di Sleman. Apa
kesuksesannya. Hanya ia seorang yang tahu bahwa
sebetulnya yang ia kejar? Kenapa waktu itu ia tidak juga
sejatinya ia sangat menderita.
cepat dewasa dan menyadari bahwa hidup ini berproses.
Ada satu hal yang ia tangisi setiap malam. Setiap kali
Ia meneteskan airmata.
bermunajat kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia
Dulu banyak mutiara yang datang kepadanya ia
menangisi takdirnya yang belum juga berubah. Takdir
tolak tanpa pertimbangan. Dan kini mutiara itu tidak
sebagai perawan tua yang belum juga menemukan
lagi datang. Kalau pun ada seolah-olah sudah tidak lagi
jodohnya. Dalam keseharian ia tampak biasa dan ceria.
tersedia untuknya. Hanya bebatuan dan sampah yang
Ia bisa menyembunyikan derita dan sedihnya dengan
kini banyak datang dan membuatnya menderita batin
sikap tenangnya.
yang cukup dalam.
Ia terkadang menyalahkan dirinya sendir kenapa
Matanya berkaca-kaca. Ketika ia sadar harus rendah
tidak menikah sejak masih duduk di S.l dahulu? Kenapa
hati. Ketika ia sadar prestasi sejati tidaklah semata-mata
tidak berani menikah ketika si Gugun yang mati-matian
prestasi akademik. Ketika ia sadar dan ingin mencari
mencintainya sejak d u d u k di b a n g k u kuliah itu
pendamping hidup yang baik. Baik bagi dirinya dan juga
mengajaknya menikah? Ia dulu memandang remeh
Gugun. Ia menganggap Gugun itu tidak cerdas dan tipe bagi anak-anaknya kelak. Ketika ia sadar dan ingin
lelaki kerdil. Sekarang si Gugun itu sudah sukses jadi menjadi Muslimah seutuhnya. Ketika ia menyadari,
pengusaha cor logam dan baja di Klaten. Karyawannya semua yang ia temui kini, adalah jalan terjal yang panjang
banyak dan anaknya sudah tiga. Gugun sekarang juga yang menguji kesabarannya.
punya usaha Travel Umroh di Jakarta. Setiap kali Umurnya sudah tidak muda lagi. Tiga puluh empat
bertemu, nyaris ia tidak berani mengangkat muka. tahun. Teman-teman seusianya sudah ada yang memiliki
anak dua, tiga, empat, bahkan ada yang lima. Adik-adik
Kenapa juga ketika selesai S.l ia tidak langsung
tingkatnya, b a h k a n m a h a s i s w i yang ia b i m b i n g
menikah? Kenapa ia lebih tertantang masuk S.2 di ITB
skripsinya sudah banyak yang nikah. Sudah tidak
Bandung? Padahal saat itu, temannya satu angkatan si
15
14
terhitung berapa kali ia menghadiri pernikahan diinginkan perempuan. Dia sungguh-sungguh berkenan
mahasiswinya. Dan ia selalu hanya bisa menangis iri menginginkanmu."
menyaksikan mereka berhasil menyempurnakan separo "Iya Bu Merlin, semoga keputusan yang terbaik
agamanya. nanti bisa saya berikan."
Hari ini ia kembali diuji. Seseorang akan datang. "Baguslah kalau begitu. Gitu dulu ya. O ya jangan
Datang kepada orangtuanya untuk meminangnya. Ia lupa dandan yang cantik."
masih bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah
Klik. Tanpa salam.
sangat tahu siapa yang akan datang. Dan sebenarnya ia
Kali ini yang datang melamarnya bukan orang
juga sudah tahu apa yang harus ia putuskan. Meskipun
sembarangan. Pak H. Sukarman, M.Sc., Dekan Fakultas
pahit ia merasa masih akan bersabar meniti jalan terjal
Teknik, orang nomor satu di fakultas tempat dia
dan panjang sampai ia menemukan mutiara yang ia
mengajar. Duda berumur lima puluh lima tahun. Status
harapkan. Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan
dan umur baginya tidak masalah. Sudah bertitel haji.
pemahaman kepada ayah-ibunya yang sudah mulai
Kredibilitas intelektualnya tidak diragukan. Materi tak
renta?
usah ditanyakan. Di Semarang saja ia punya tiga pom
Hand phone-nya berdering. Dengan berat ia angkat, bensin. Namun soal kredibilitas moralnya, susah Zahrana
"Zahrana?" Suara yang sangat ia kenal. Suara Bu untuk memaafkannya. Repotnya, jika ia menolak ia
Merlin, atasannya di kampus. Bu Merlin, atau lengkap- sangat susah untuk menjelaskan. Ia harus berkata
nya Ir. Merlin Siregar M.T., adalah Pembantu Dekan I. bagaimana.
Ia orang kepercayaan Pak Karman. Sejak SMA ia di
Ia telah membicarakan hal ini pada kedua sahabat
Semarang, jadi logat Bataknya nyaris hilang. Bahasa
karibnya. Si Lina, yang kini jualan buku-buku Islami di
Jawanya bisa dibilang halus.
Tembalang. Dan si Wati yang kini jadi isteri lurah
"Iya Bu Merlin." Jawabnya dengan airmata menetes Tlogosari Kulon. Lina berpendapat untuk tidak mengam-
di pipinya. bil risiko dengan menerima orang amoral seperti Pak
"Saya dan rombongan Pak Karman sudah sampai Karman itu. Apapun titel dan jabatannya. Moral adalah
Pedurungan. Dua puluh menit lagi sampai." nyawa orang hidup. Jika moral itu hilang dari seseorang,
ia ibarat mayat yang bergentayangan. Itu pendapat Lina.
"Iya Bu Merlin." Jawabnya hambar, dengan suara
serak. Sedangkan Wati lain lagi, menurutnya sudah saatnya
ia tidak melangit. Mencari manusia setengah malaikat
"Suaramu kok sepertinya serak. Sudahlah Rana,
itu hal yang mustahil. Selama Pak Karman masih shalat
bukalah hatimu kali ini. Pak Karman memiliki apa yang
dan puasa ya terima saja. Apalagi ia orang terpandang.
16 17
Dan juga kesempatan seperti ini tidak selalu datang. la meneguhkan jiwa, menata hati. la juga mem-
Terakhir Wati bilang, "Siapa tahu dengan menikah prediksi gaya bahasa yang akan disampaikan pihak Pak
denganmu, Pak Karman berubah. Dan di hari tuanya ia Karman. Dan menyiapkan bahasa yang tepat untuk
sepenuhnya membaktikan umurnya untuk kebaikan. menjawab. la juga tidak lupa menyiapkan hidangan yang
Bukankah itu bagian dari dakwah yang agung pahala- pantas untuk menghormati tamu. Ruang tamu telah ia
nya?" rapikan. Bunga-bunga ia tata, dan sarung bantal ia ganti
Ia belum bisa mengambil keputusan. Kata-kata Wati dengan yang baru. Tuan rumah harus bisa menjaga
selalu terngiang-ngiang di telinganya. Ia nyaris kehormatan. Dan ia kembali meneguhkan prinsipnya
memutuskan untuk menerima saja lamaran Pak Karman. dalam menghadapi siapapun: harus tenang, bicara yang
Namun jika ia teringat apa yang dilakukan Pak Karman tepat, rendah hati dan santun. Itulah senjata para
pada beberapa mahasiswi yang dikencaninya diam-diam, pemenang. Dan ia harus menang. Ia teringat perkataan
ia tak mungkin memaafkan. Jika sudah demikian tiba- Napoleon Hill,
tiba wajah keriput kedua orangtuanya muncul dengan "Kebijakan yang sesungguhnya, biasanya tampak
sebuah pertanyaan, "Kowe mikir opo Nduk? Kowe melalui kerendahan hati dan tidak banyak cakap."
ngenteni opo? Dadine kapan kowe kawin, Nduk?"1
Ia kini tampak tegar. Tak ada lagi airmata. Mental
*** yang ia siapkan adalah mental seorang dosen pem-
bimbing yang siap maju sidang membela mahasiswanya
Lima menit sebelum rombongan Pak Karman
mempertahankan skripsinya. Ia sangat yakin akan
datang, Zahrana berbicara kepada kedua orangtuanya.
kekuatannya.
Ia minta kepada mereka pengertiannya jika ia nanti
Ia berdandan secukupnya. Ia pakai jilbab hijau
mengambil keputusan yang mungkin tidak melegakan
muda kesayangannya. Sangat serasi dengan gamis
mereka berdua. Diberitahu seperti itu kedua orangtuanya
bordir hijau tua bermotif bunga melati putih kecil-kecil.
menangkap apa yang akan terjadi. Dan mereka kembali
Hanya dirinya dan kedua orangtuanya yang akan
pasrah dalam kekecewaan. N a m u n mereka tetap
menyambut. Ia merasa tak perlu mengundang para
berharap akan terjadi hal yang membahagiakan. Mereka
kerabat. Sebab seperti yang telah lalu, jika terjadi hal
berdoa, kali ini semoga keputusan putri semata wayang
yang tidak memuaskan hanya akan jadi gunjingan
mereka lain dari sebelum-sebelumnya. Semoga hatinya
panjang tak berkesudahan. Ia tak ingin itu terjadi lagi.
terbuka. Segera menikah. Dan segera lahir cucu yang
Ia ingin para kerabat diundang hanya untuk yang
jadi penerus keturunan.
sudah jadi. Yang tak ada ruang bagi mereka berbincang
1
Kamu mikir apa, Anakku? Kamu menunggu apa? Kapan kamu menikah,
kecuali kebaikan. Kali ini yang ia undang justru dua
Anakku?
18 19
orang ibu-ibu yang biasa membantu keluarganya
suasana. Makanan dan minuman dikeluarkan oleh dua
selama ini.
orang ibu-ibu yang rapi berkerudung.
Rombongan Pak Karman datang tepat jam setengah
"Tape ketan ini dibuat oleh anakku, si Zahrana ini
lima sore. Tidak main-main. Empat mobil. la harus
dengan penuh cinta. Siapa yang memakannya insya
mengakui kehebatan Bu Merlin mengorganisir ini semua.
Allah awet muda." Ibunya melucu sambil mempersilakan
Juga keberhasilan Bu Merlin memprovokasi Pak Karman
tamu-tamunya menikmati hidangan seadanya. Men-
untuk nekat seperti ini. Ayah ibunya tampak kaget. Tidak
dengar hal itu spontan Pak Karman berkomentar dengan
menduga yang datang akan sebanyak ini dan seserius
gaya lucu,
ini. Untung ruang tamu rumah orangtuanya cukup luas.
"Sebelum yang lain mengambil saya dulu yang harus
Hanya tiga orang yang tidak dapat tempat duduk.
mencicipi. Agar awet m u d a dan bisa menyunting
Terpaksa duduk di beranda.
bidadari."
la yakin tujuan Bu Merlin baik, hanya saja Bu Merlin
Spontan perkataan itu disambut tertawa semua yang
tidak tahu visi hidupnya saat ini. Bukan sekadar materi
hadir, kecuali dirinya. Entah kenapa perkataan itu
dan kedudukan yang ia harapkan dari calon suaminya.
menurutnya tidak lucu. Perkataan itu seperti sampah
la mencari calon suami yang bisa dijadikan imam. Imam
yang hendak dijejalkan ke telinganya. Bagaimana
yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam ibadahnya
mungkin ia hidup bersama orang yang suaranya saja
kala mengarungi kehidupan. Karena itulah posisinya
tidak mau ia dengar.
benar-benar sulit kali ini. Bu Merlinlah yang selama ini
banyak membantunya di kampus. Dia jugalah yang dulu Lima belas menit basa-basi akhirnya Pak Darmanto,
memberi bocoran adanya lowongan dosen di kampusnya. juru bicara Pak Karman, masuk pada inti kedatangan,
Rombongan telah d u d u k tenang. Pak Karman "...dan maksud kedatangan kami adalah untuk
menyukur bersih kumis dan cambangnya. Ia tampak menyambung persaudaraan dan kekeluargaan dengan
lebih muda dari biasanya. Koko biru muda dan peci hitam keluarga Bapak Munajat. Kami bermaksud menyunting
membuatnya tampak alim. Seorang lelaki setengah baya, putri Bapak Munajat, yaitu Dewi Zahrana untuk saudara
mengaku sebagai adiknya Pak Karman, namanya Pak kami Bapak H. Sukarman, M.Sc. Alangkah bahagianya
Darmanto mengawali pembicaraan. Unggah-ungguh jika maksud dan tujuan kami dikabulkan."
dan basa-basi berjalan. Ia sendiri lebih banyak diam. Tak Ayahnya menjawab dengan suara rentanya yang
bicara jika tidak perlu bicara. Ibunya yang biasanya terbata-bata,
memang cerewet yang banyak mengimbangi bicara.
"Pertama....tama, ka...kami sekeluarga menyam-
Sesekali ada lelucon-lelucon yang menghangatkan
paikan rasa terima kasih atas silaturrahminya. Kami juga
20
21
bahagia. Bagi ka..kami lamaran ini adalah suatu bentuk disampaikan pada Pak Karman. Ia tersenyum, dengan
penghormatan. Dan jika bisa kami akan membalasnya senyum yang susah diartikan.
dengan penghormatan yang le..lebih baik. Namun ***
masalah jodoh hanya Allahlah yang mengatur. Putri kami
"Kamu masih nunggu yang bagaimana lagi, Nduk?
sudah sangat dewasa. Dia lebih berpendidikan daripada
Pak Karman memang agak tua, tapi ia berpendidikan
kami berdua. Dia bisa memutuskan sendiri mana yang
dan kaya. Dia juga bisa tampak muda." Kata ibunya
baik baginya. Itu yang bisa kami sampaikan."
yang sudah tahu keputusannya.
Masalah sudah jelas. Semua tamu melihat ke
"Saya tidak menunggu yang bagaimana-bagaimana
arahnya. la tahu bola sekarang ada di tangannya. Dialah
Bu. Saya menunggu lelaki saleh yang pas di hati saya.
sekarang yang paling berkuasa di majelis itu. la berusaha
Itu saja." Jawab Zahrana.
untuk tenang. Setenang ketika ia membantu argumen
mahasiswa yang dibelanya dalam sidang skripsi, "Lha Pak Karman itu apa masih kurang saleh. Dia
sudah haji. Sudah menyempurnakan rukun Islam. Kita
"Saya pernah mendengar Baginda Nabi Muham-
saja belum." Bantah ibunya.
mad Saw., pernah bersabda, 'Al 'ajalatu minasy syaithan.
Tergesa-gega itu datangnya dari setanl' Saya tidak mau Ia merasa, memang agak susah m e m a h a m k a n
tergesa-gesa. Saya tidak mau mengecewakan siapapun. ibunya bahwa kesalehan tidak dilihat dari sudah haji atau
Termasuk diri saya sendiri. Maka perkenankan saya belum. Tidak dilihat dari pakai baju koko atau tidak.
untuk menjawabnya tiga hari ke depan. Saya akan Tidak bisa dilihat dari pakai peci putih atau peci yang
langsung sampaikan kepada Pak Karman yang saya lainnya. Betapa banyak penjahat di negeri ini yang
hormati. Maafkan jika saya tidak bisa menjawab bertitel haji. Setiap tahun haji justru untuk menutupi
sekarang." kejahatannya. Atau malah berhaji untuk melakukan
kejahatan di musim haji. Ibunya tidak akan nyambung
Ada sedikit gurat kekecewaan di wajah Pak Dar-
dia ajak dialog masalah itu.
manto dan Pak Karman. Namun keduanya tidak bisa
bersikap apapun kecuali setuju. Bu Merlin tersenyum "Pokoknya menurutku Pak Karman masih kurang.
tanda setuju. Yang lain bisa memahami dan memaklumi. Saya sangat tahu siapa dia, soalnya saya satu kampus
Hanya Pak Munajat, ayahnya yang meneteskan airmata dengannya. Nanti kalau ada yang cocok pasti saya
mendengar jawaban putrinya itu. Ia sudah tahu ke mana menikah Bu."
arah perkataan putrinya itu. Begitu mendengar dari jawabannya ada perkataan
Menjelang Maghrib rombongan itu pamit. Zahrana "pokoknya", sang ibu langsung diam dengan raut muka
langsung ke kamarnya mengatur kata yang tepat untuk sedih. Dalam hati ia istighfar jika telah melukai ibunya.
22 23
Karman besok pagi. Dan ia sudah berketetapan akan
Tapi ia tidak mau asal menikah. Menikah adalah ibadah, mengambil cuti satu minggu. Sebab jawaban itu pasti
tidak boleh asal-asalan. Harus dikuati benar syarat tidak diinginkan oleh Pak Karman. Bahkan pasti sangat
rukunnya. Meskipun ia tahu ia sudah jadi perawan tua mengecewakan Pak Karman. Untuk menjaga hal yang
yang sangat terlambat menikah, namun ia tidak mau tidak baik, lebih baik ia tidak masuk kampus. Dan
gegabah dalam memilih ayah untuk anak-anaknya kembali masuk jika suasana kembali seperti sediakala.
kelak.
Apa yang ia rencanakan berjalan. Dan apa yang ia
Zahrana masuk kamar dan menulis surat jawaban prediksi terjadi.
untuk Pak Karman dengan komputernya. Bahasanya
Dua hari kemudian ia mendapatkan SMS dari Pak
tegas dan lugas:
Karman:
"Suratmu sudah aku terima. Kamu pasti tahu bahwa
j a w a b a n m u sangat mengecewakan a k u ! "
Ia membaca jawaban itu dengan hati tidak enak.
Kepada
Entah kenapa ia merasakan ada aroma jahat dalam setiap
Yth. Bpk. H. Sukarman, M.S.c
huruf-hurufnya dan susunan kalimatnya.
Di Semarang
Lalu ia mendapat SMS dari Bu Merlin:
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
" H a r i ini saya d i c a c i m a k i Pak K a r m a n g a r a - g a r a
Semoga Bapak senantiasa sehat dan berada dalam j a w a b a n m u . Saya sungguh kecewa dengan k a m u ! "
naungan hidayah-Nya.
Airmatanya meleleh.
To the point saja, tanpa mengurangi rasa hormat saya
"Maafkan aku Bu Merlin," lirihnya dengan hati perih.
kepada Bapak, saya ingin menyampaikan bahwa saya
belum bisa menerima pinangan Bapak. Semoga Bapak Ia merasakan dunia ini begitu sempit. Dinding-dinding
mendapatkan yang lebih baik dari saya. Mohon maklum
kamarnya seakan hendak menggenjetnya. Atap kamar-
dan mohon maaf jika tidak berkenan.
nya seakan mau rubuh menimpanya. Ia hanya bisa
Wassalam,
pasrah kepada-Nya dan memohon kekuatan untuk tetap
Dewi Zahrana kuat dan tegar di jalan-Nya.
* * *
.

Dalam Mihrab Cinta

by : Habiburrahman El Shirazy

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, wash shalaatu was-
salaamu 'ala rasuulillaah!
Dalam hidup ini tak ada yang lebih saya cintai dari
Allah dan Rasul-Nya. Lakal hamdu wasy syukru ya
Rabb. Duhai Tuhanku, kepada-Mu hamba bersimpuh,
hamba sangat bersyukur telah Engkau anugerahi rasa
cinta yang indah ini.
Rasa cinta yang indah inilah yang membuat saya
merasa hidup ini—dengan segala suka dan dukanya—
terasa indah.
Saya merasa bahwa Allah begitu menyayangi dan
mencintai saya dengan segala nikmat yang telah diberi-
kan kepada saya. Nikmat yang saya sadari maupun yang
tidak saya sadari. Selain nikmat rasa cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya, nikmat yang rasakan sangat agung
adalah nikmat indahnya mengenal Islam. Islam, yang
ruhnya adalah ruh cinta kepada semesta alam.


ketika Amerika melakukan pembantaian yang sama di
Saya merasa bahwa Allah begitu menyayangi dan
Baghdad. Saya bisa merasakan perasaan hancur seorang
mencintai saya dengan segala anugerah yang telah
ayah di Palestina yang anak kesayangannya ditembak
diberikan kepada saya. Di antara anugerah yang
mati di pangkuannya oleh Tentara Israel, seperti yang
membuat saya merasa begitu disayang Allah adalah
dialami ayah Muhammad Al Dorrah. Saya bisa merasa-
anugerah suka membaca dan menulis. Dengan banyak
kan ketegangan hidup bergelut dengan laut dan ikan hiu
membaca saya semakin mengenal Allah, semakin
sendirian berhari-hari dan bermalam-malam seperti yang
mengenal Rasul-Nya, semakin mengenal sifat dan jati
dialami Pak Tua dalam The Old Man and The Sea. Saya
diri orang-orang besar yang saleh dan mulia.
bisa merasakan rasa patriot tiada tara yang dirasakan
Dengan membaca saya merasakan bisa melipat
oleh Soekarno dan Hatta saat memproklamirkan
ruang dan waktu. Saya bisa merasakan hidup di pelbagai
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
tempat dan saat. Saya bisa menghayati pelbagai macam
Itulah setetes perasaan yang saya dapat dari membaca.
perasaan jiwa. Saya bisa merasakan ketulusan Abu Bakar
Masih ada ribuan perasaan dan pengalaman dari
saat m e n e m a n i hijrah Baginda Rasul. Saya bisa
membaca yang tidak mungkin saya ceritakan di sini.
merasakan dahsyatnya doa Baginda Nabi saat berdoa
Inilah satu anugerah yang saya rasakan sangat indah,
sambil menangis menjelang Perang Badar. Saya bisa
saya rasakan betapa Tuhan sangat mencintai saya.
merasakan kesedihan kota Madinah saat Rasulullah
wafat. Saya bisa merasakan rasa pilu tiada tara saat Dan dengan menulis saya merasakan kenikmatan
Sayyidina Husein, cucu Rasulullah Saw. dibantai di yang tidak kalah dengan kenikmatan membaca. Dengan
Karbala. Saya bisa merasakan semangat Imam Bukhari menulis saya bisa menciptakan perasaan saya sendiri.
saat bertahun-tahun mengembara mengumpulkan hadis- Saya bisa mengajak jiwa saya semangat, bahagia, sedih,
hadis sahih. Saya bisa merasakan kobaran keberanian haru, bergetar dan lain sebagainya. Dan saya bisa
tiada tara saat mendengarkan pidato Thariq bin Ziyad mengajak orang lain merasakan apa yang saya rasakan.
saat membakar kapal-kapal tentaranya begitu menginjak Dengan menulis saya bisa mengajak jiwa saya semangat
tanah Andalusia. ketika sedang melemah. Saya bisa mengajak jiwa saya
optimis memandang terang cahaya ketika sedang merasa
Dengan membaca saya bisa merasakan indahnya
sedih dan redup. Dengan menulis saya seolah bisa
musim semi di Istana Al Hamra. Saya bisa merasakan
mengobati diri saya sendiri ketika saya sedang sakit. Dan
dahsyatnya rasa rindu Majnun pada Laela. Saya bisa
dengan menulis saya merasa lebih berdaya. Saya merasa
mencium aroma darah yang menggenang di Kota
menemukan ruang yang pas untuk mengajak diri sendiri
Baghdad karena pembantaian yang dilakukan oleh
dan orang lain berusaha menjadi lebih baik dan berdaya.
Tentara Tartar. Saya juga merasakan aroma yang sama
7
6
Dan dengan menulis saya merasakan betapa Tuhan begitu
"Dalam Mihrab Cinta" yang sedang saya siapkan.
mencintai saya. Allahu akbar!
Sengaja saya kenalkan setengah dari alurnya kepada
Kali ini saya menulis tiga novelet yang terkodifikasi
pembaca agar nanti lebih familiar dan lebih mantap
dalam tajuk Dalam Mihrab Cinta ini. Perlu sidang
dalam membaca roman "Dalam Mihrab Cinta."
pembaca ketahui bahwa sesungguhnya novelet Dalam
Meskipun berbentuk petikan atau ringkasan, namun
Mihrab Cinta ini ingin saya luncurkan bersamaan dengan
roman "Dalam Mihrab Cinta" ini insya Allah sudah
dwilogi Ketika Cinta Bertasbih 1. Namun karena alasan
menyuguhkan jalinan cerita yang utuh. Dengan novelet
marketing, akhirnya Penerbit Republika baru bisa
ini saya mencoba menguraikan pepatah yang sangat
meluncurkannya sekarang. Tentu, setelah dwilogi Ketika
terkenal di tanah Jawa yaitu, "Becik ketitik olo kethoro"
Cinta Bertasbih 1 menggelinding ke pasar. Padahal
(kebaikan akan tampak dan kejahatan akan kelihatan).
sejatinya novelet Dalam Mihrab Cinta ini telah siap terbit
Saya juga mencoba mengajak para generasi muda untuk
jauh sebelum dwilogi Ketika Cinta Bertasbih 1 tersebut.
optimis menatap masa depan. Memang belum detil
Begitulah. Saya hanya bisa merencanakan, tapi hasilnya,
dalam novelet ini. Karena sekali lagi, ini adalah
Allah jualah yang menentukan. Baiklah! Tiga novelet
ringkasannya. Lebih detilnya insya Allah ada dalam novel
yang saya maksud adalah sebagai berikut:
sesungguhnya yang masih dalam proses pematangan.
Novelet pertama berjudul "Takbir Cinta Zahrana".
Novelet ketiga berjudul "Mahkota Cinta". Se-
Dalam novelet yang sebagian isinya saya angkat dari kisah
sungguhnya, novelet ketiga ini merupakan hasil riset kecil
nyata ini saya mencoba menulis tentang indahnya
saya terhadap beberapa kehidupan mahasiswa pasca-
ketegaran dan ketulusan di jalan Allah. Saya juga mencoba
sarjana Indonesia yang tengah menempuh studi di negeri
me-muhasabah-i tindakan orang seperti Zahrana yang
Jiran Malaysia, terutama di universitas tertuanya, yaitu
lebih lebih mementingkan karier akademik daripada karier
Universiti Malaya. Saya terketuk menyajikannya dalam
membangun rumah tangga dan membina generasi.
bentuk novelet karena banyak kisah menarik dari
Akademik dan karier bagi siapa pun, memang penting,
perjalanan mereka yang bisa kita ambil hikmahnya.
tapi membangun rumah tangga dan membina generasi
Subhanallah!
juga tak kalah pentingnya. Alangkah baiknya jika kedua-
Akhirnya, lazimnya sebuah "Sekapur Sirih", rasanya
duanya berjalan seiring seirama. Itulah yang saya
tidak bijak kalau saya tidak mengucapkan terima kasih
harapkan dari hasil me-muhasabah-i "Takbir Cinta
kepada mereka yang berjasa bagi lahimya karya saya ini.
Zahrana", dengan menyajikan "kasus" Zahrana.
Pertama dengan rasa cinta mendalam saya sampai-
Novelet kedua berjudul "Dalam Mihrab Cinta".
kan rasa terima kasih kepada Ummi, ibu yang melahir-
Novelet ini adalah ringkasan atau petikan dari roman
kan, merawat, mendidik dan mendoakan diriku setiap
8
9
saat. Juga kepada Bapak, yang selama ini memberikan
keteladanan untuk hidup bersahaja dan ikhlas berjuang
dijalan Allah.
Juga kepada isteriku tercinta Muyasarotun Sa'idah
yang sedemikian tulus menemani hidup ini dalam suka
dan duka. Terima kasih juga kepada buah hatiku:
Muhammad Neil Author, yang celoteh dan tawanya
sangat mengkayakan jiwa dan menyalakan api semangat
berkarya. Tak lupa kepada adik-adikku tercinta; Anif
Sirsaeba, Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridarul Ulya dan
M. Ulinnuha. Mereka semua selalu menyemangati
kakaknya untuk terus menulis karya terbaik.
Juga terima kasih kepada Pak Ahmadun Y. Herfanda
yang sangat tulus memberikan masukan-masukan yang
sangat berguna bagi kemajuan saya menulis. Kepada Pak
Tommy, Pak Awod, Mbak Hanik, Mas Arif dan teman-
teman di Republika. Kepada A. Basith El Qudsy, Sa'dullah,
Kasmijan dan santri-santri Basmala semuanya. Tak lupa
kepada Mbak Helvi, Mbak Asma, Mbak Intan, Mas Irfan,
Mas Gola Gong, Mas Ekky Mbak Dee, Mas Haekal, dan
segenap teman-teman seperjuangan di FLP Pusat.