by : Habiburrahman El Shirazy
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, wash shalaatu was-
salaamu 'ala rasuulillaah!
Dalam hidup ini tak ada yang lebih saya cintai dari
Allah dan Rasul-Nya. Lakal hamdu wasy syukru ya
Rabb. Duhai Tuhanku, kepada-Mu hamba bersimpuh,
hamba sangat bersyukur telah Engkau anugerahi rasa
cinta yang indah ini.
Rasa cinta yang indah inilah yang membuat saya
merasa hidup ini—dengan segala suka dan dukanya—
terasa indah.
Saya merasa bahwa Allah begitu menyayangi dan
mencintai saya dengan segala nikmat yang telah diberi-
kan kepada saya. Nikmat yang saya sadari maupun yang
tidak saya sadari. Selain nikmat rasa cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya, nikmat yang rasakan sangat agung
adalah nikmat indahnya mengenal Islam. Islam, yang
ruhnya adalah ruh cinta kepada semesta alam.
Saya merasa bahwa Allah begitu menyayangi dan
Baghdad. Saya bisa merasakan perasaan hancur seorang
mencintai saya dengan segala anugerah yang telah
ayah di Palestina yang anak kesayangannya ditembak
diberikan kepada saya. Di antara anugerah yang
mati di pangkuannya oleh Tentara Israel, seperti yang
membuat saya merasa begitu disayang Allah adalah
dialami ayah Muhammad Al Dorrah. Saya bisa merasa-
anugerah suka membaca dan menulis. Dengan banyak
kan ketegangan hidup bergelut dengan laut dan ikan hiu
membaca saya semakin mengenal Allah, semakin
sendirian berhari-hari dan bermalam-malam seperti yang
mengenal Rasul-Nya, semakin mengenal sifat dan jati
dialami Pak Tua dalam The Old Man and The Sea. Saya
diri orang-orang besar yang saleh dan mulia.
bisa merasakan rasa patriot tiada tara yang dirasakan
Dengan membaca saya merasakan bisa melipat
oleh Soekarno dan Hatta saat memproklamirkan
ruang dan waktu. Saya bisa merasakan hidup di pelbagai
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
tempat dan saat. Saya bisa menghayati pelbagai macam
Itulah setetes perasaan yang saya dapat dari membaca.
perasaan jiwa. Saya bisa merasakan ketulusan Abu Bakar
Masih ada ribuan perasaan dan pengalaman dari
saat m e n e m a n i hijrah Baginda Rasul. Saya bisa
membaca yang tidak mungkin saya ceritakan di sini.
merasakan dahsyatnya doa Baginda Nabi saat berdoa
Inilah satu anugerah yang saya rasakan sangat indah,
sambil menangis menjelang Perang Badar. Saya bisa
saya rasakan betapa Tuhan sangat mencintai saya.
merasakan kesedihan kota Madinah saat Rasulullah
wafat. Saya bisa merasakan rasa pilu tiada tara saat Dan dengan menulis saya merasakan kenikmatan
Sayyidina Husein, cucu Rasulullah Saw. dibantai di yang tidak kalah dengan kenikmatan membaca. Dengan
Karbala. Saya bisa merasakan semangat Imam Bukhari menulis saya bisa menciptakan perasaan saya sendiri.
saat bertahun-tahun mengembara mengumpulkan hadis- Saya bisa mengajak jiwa saya semangat, bahagia, sedih,
hadis sahih. Saya bisa merasakan kobaran keberanian haru, bergetar dan lain sebagainya. Dan saya bisa
tiada tara saat mendengarkan pidato Thariq bin Ziyad mengajak orang lain merasakan apa yang saya rasakan.
saat membakar kapal-kapal tentaranya begitu menginjak Dengan menulis saya bisa mengajak jiwa saya semangat
tanah Andalusia. ketika sedang melemah. Saya bisa mengajak jiwa saya
optimis memandang terang cahaya ketika sedang merasa
Dengan membaca saya bisa merasakan indahnya
sedih dan redup. Dengan menulis saya seolah bisa
musim semi di Istana Al Hamra. Saya bisa merasakan
mengobati diri saya sendiri ketika saya sedang sakit. Dan
dahsyatnya rasa rindu Majnun pada Laela. Saya bisa
dengan menulis saya merasa lebih berdaya. Saya merasa
mencium aroma darah yang menggenang di Kota
menemukan ruang yang pas untuk mengajak diri sendiri
Baghdad karena pembantaian yang dilakukan oleh
dan orang lain berusaha menjadi lebih baik dan berdaya.
Tentara Tartar. Saya juga merasakan aroma yang sama
7
6
Dan dengan menulis saya merasakan betapa Tuhan begitu
"Dalam Mihrab Cinta" yang sedang saya siapkan.
mencintai saya. Allahu akbar!
Sengaja saya kenalkan setengah dari alurnya kepada
Kali ini saya menulis tiga novelet yang terkodifikasi
pembaca agar nanti lebih familiar dan lebih mantap
dalam tajuk Dalam Mihrab Cinta ini. Perlu sidang
dalam membaca roman "Dalam Mihrab Cinta."
pembaca ketahui bahwa sesungguhnya novelet Dalam
Meskipun berbentuk petikan atau ringkasan, namun
Mihrab Cinta ini ingin saya luncurkan bersamaan dengan
roman "Dalam Mihrab Cinta" ini insya Allah sudah
dwilogi Ketika Cinta Bertasbih 1. Namun karena alasan
menyuguhkan jalinan cerita yang utuh. Dengan novelet
marketing, akhirnya Penerbit Republika baru bisa
ini saya mencoba menguraikan pepatah yang sangat
meluncurkannya sekarang. Tentu, setelah dwilogi Ketika
terkenal di tanah Jawa yaitu, "Becik ketitik olo kethoro"
Cinta Bertasbih 1 menggelinding ke pasar. Padahal
(kebaikan akan tampak dan kejahatan akan kelihatan).
sejatinya novelet Dalam Mihrab Cinta ini telah siap terbit
Saya juga mencoba mengajak para generasi muda untuk
jauh sebelum dwilogi Ketika Cinta Bertasbih 1 tersebut.
optimis menatap masa depan. Memang belum detil
Begitulah. Saya hanya bisa merencanakan, tapi hasilnya,
dalam novelet ini. Karena sekali lagi, ini adalah
Allah jualah yang menentukan. Baiklah! Tiga novelet
ringkasannya. Lebih detilnya insya Allah ada dalam novel
yang saya maksud adalah sebagai berikut:
sesungguhnya yang masih dalam proses pematangan.
Novelet pertama berjudul "Takbir Cinta Zahrana".
Novelet ketiga berjudul "Mahkota Cinta". Se-
Dalam novelet yang sebagian isinya saya angkat dari kisah
sungguhnya, novelet ketiga ini merupakan hasil riset kecil
nyata ini saya mencoba menulis tentang indahnya
saya terhadap beberapa kehidupan mahasiswa pasca-
ketegaran dan ketulusan di jalan Allah. Saya juga mencoba
sarjana Indonesia yang tengah menempuh studi di negeri
me-muhasabah-i tindakan orang seperti Zahrana yang
Jiran Malaysia, terutama di universitas tertuanya, yaitu
lebih lebih mementingkan karier akademik daripada karier
Universiti Malaya. Saya terketuk menyajikannya dalam
membangun rumah tangga dan membina generasi.
bentuk novelet karena banyak kisah menarik dari
Akademik dan karier bagi siapa pun, memang penting,
perjalanan mereka yang bisa kita ambil hikmahnya.
tapi membangun rumah tangga dan membina generasi
Subhanallah!
juga tak kalah pentingnya. Alangkah baiknya jika kedua-
Akhirnya, lazimnya sebuah "Sekapur Sirih", rasanya
duanya berjalan seiring seirama. Itulah yang saya
tidak bijak kalau saya tidak mengucapkan terima kasih
harapkan dari hasil me-muhasabah-i "Takbir Cinta
kepada mereka yang berjasa bagi lahimya karya saya ini.
Zahrana", dengan menyajikan "kasus" Zahrana.
Pertama dengan rasa cinta mendalam saya sampai-
Novelet kedua berjudul "Dalam Mihrab Cinta".
kan rasa terima kasih kepada Ummi, ibu yang melahir-
Novelet ini adalah ringkasan atau petikan dari roman
kan, merawat, mendidik dan mendoakan diriku setiap
8
9
saat. Juga kepada Bapak, yang selama ini memberikan
keteladanan untuk hidup bersahaja dan ikhlas berjuang
dijalan Allah.
Juga kepada isteriku tercinta Muyasarotun Sa'idah
yang sedemikian tulus menemani hidup ini dalam suka
dan duka. Terima kasih juga kepada buah hatiku:
Muhammad Neil Author, yang celoteh dan tawanya
sangat mengkayakan jiwa dan menyalakan api semangat
berkarya. Tak lupa kepada adik-adikku tercinta; Anif
Sirsaeba, Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridarul Ulya dan
M. Ulinnuha. Mereka semua selalu menyemangati
kakaknya untuk terus menulis karya terbaik.
Juga terima kasih kepada Pak Ahmadun Y. Herfanda
yang sangat tulus memberikan masukan-masukan yang
sangat berguna bagi kemajuan saya menulis. Kepada Pak
Tommy, Pak Awod, Mbak Hanik, Mas Arif dan teman-
teman di Republika. Kepada A. Basith El Qudsy, Sa'dullah,
Kasmijan dan santri-santri Basmala semuanya. Tak lupa
kepada Mbak Helvi, Mbak Asma, Mbak Intan, Mas Irfan,
Mas Gola Gong, Mas Ekky Mbak Dee, Mas Haekal, dan
segenap teman-teman seperjuangan di FLP Pusat.
0 comments:
Post a Comment