Eksplore anything with the simple way...

Tuesday, January 5, 2010

BLACK COCK CEMANI (1)


Djarum Black identik dengan dominasi warna hitam, tetapi ada spesies ayam yang semuanya hitam dan serba hitam, mulai dari paruh, bulu, kaki, taji, hingga cenggernya berwarna hitam. Bahkan, kalau dipotong, dagingnya juga hitam. Begitu juga dengan tulang belulangnya.

Itulah ayam cemani, salah satu variasi paling sensasional keturunan dari kerabat ayam kedu -salah satu galur ayam lokal, bukan ras (buras) yang banyak dicari orang.
Dalam postingan kali ini sebagai artikel dalam mengikuti Djarum Black Blog Competition Volume 2 ini, saya ingin sharing informasi tentang Ayam hitam, juga dijuluki dengan ayam kedu ini yang saya kutip dari Majalah Gatra.

Seperti biasa, artikel yang agak panjang, biar tidak monoton, saya bagi menjadi dua postingan, yaitu Djarum Black Cock Cemani (1) dan Djarum Black Cock Cemani (2).
Selamat menyimak !

Ayam cemani ini sering digunakan untuk hal-hal yang sifatnya magis dalam upacara ritual. Misalnya untuk upacara pelarungan, ruwatan, serta pembangunan pabrik, jembatan, atau gedung-gedung bertingkat.
Tak cuma itu. Ayam cemani juga sering dijadikan syarat untuk penyembuhan orang sakit. "Yaitu untuk yang sakit aneh atau sakit dalam. Kadang untuk syarat pengobatan bagi orang yang sakit akibat disantet," ujar Sekretaris Desa Kedu, Harsono, yang juga pemilik dan pengembang ayam cemani, kepada Gatra.

Ayam cemani disebut juga "ayam kedu", karena berkaitan dengan tempat penangkarannya di Desa Beji, Kecamatan Kedu, Jawa Tengah. Kota kecamatan berhawa sejuk itu dikenal sebagai tempat beternak yang cocok bagi ayam kampung berbadan gempal dan tahan penyakit itu. Dan itu sudah berlangsung puluhan tahun.

Sebenarnya, kehadiran ayam cemani di Kedu tak disengaja. Konon, menurut legenda, sebelum lahirnya kota Temanggung, adalah seorang pertapa sakti, Ki Ageng Makukuhan, yang menggemari ayam serba hitam -dan hanya paruhnya yang berwarna putih.

Pada suatu hari, saat bersemadi di sebuah kuburan keramat di daerah Kedu, Ki Ageng Makukuhan mendapatkan wangsit untuk mengobati penyakit anak Panembahan Hargo Pikukuh bernama Lintang Katon, dengan ayam itu. Entah bagaimana caranya, akhirnya penyakit yang diderita anak semata wayang itu sembuh.
Akhirnya, ayam berwarna serba hitam kesayangan Ki Ageng Makukuhan itu dijadikan lambang kesembuhan.

Perkembangannya pun di luar dugaan. Hasil perkawinan sesama ayam hitam itu menghasilkan ayam hitam total, berbeda dengan induknya. "Kalau ayam kedu hitam, mulutnya masih putih," kata Harsono. Karena hitam total itulah, akhirnya ayam jenis baru itu dinamai ayam cemani. Dalam bahasa Sanskerta, cemani artinya hitam legam.

Sebutan ayam cemani baru populer pada l960-an, ketika berbagai upacara peresmian bangunan dilengkapi dengan sesaji ayam serba hitam.
Mulai saat itulah banyak orang yang datang ke Kedu untuk mencari ayam cemani. Tak mengherankan jika harganya ikut melonjak. Itu merangsang masyarakat setempat untuk beternak dan mengembangkan ayam cemani.

Sayangnya, masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan memadai. Akibatnya, banyak di antara mereka yang gulung tikar di tengah jalan.
"Populasi ayam cemani tinggal 2.000-an ekor pada akhir 1997. Padahal, dulu bisa sepuluh kali lipatnya," tutur Harsono.
Sayangnya, masyarakat setempat kurang dibekali pengetahuan memadai. Akibatnya, banyak di antara mereka yang gulung tikar di tengah jalan.
Populasi ayam cemani tinggal 2.000-an ekor pada akhir 1997. Padahal, dulu bisa sepuluh kali lipatnya.

Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah daerah melalui pemerintah desa membuat program-program khusus pelestarian hewan langka itu di daerah Kedu, dengan mendirikan kelompok peternak ayam cemani bernama "Makukuhan" -diambil dari nama pertapa sakti tersebut.

Kelompok yang berjumlah 35 orang itu memelihara ayam cemani sekitar 1.500 ekor. Menurut Harsono, kelompok ini cukup produktif dan selalu dipantau perkembangannya oleh Dinas Peternakan Temanggung. "Anggota kelompok itu terangkat kehidupannya dengan beternak ayam mahal ini.

Hal itu dibenarkan Mahmud, pensiunan ABRI yang menekuni peternakan ayam cemani. Bahkan, Mahmud meminta masa pensiunnya dipercepat tiga tahun agar bisa lebih mengonsentrasikan diri beternak ayam cemani. Di rumahnya, di Kampung Beji, pensiunan dengan pangkat sersan dua itu memelihara 50-an ayam cemani.

Penempatan ayam dibedakan menurut jenis umur dan keunggulannya. Ayam cemani yang unggul dikurung di halaman samping rumah dengan pagar tinggi yang terbuat dari bambu. Sedangkan ayam kedu lainnya ditaruh di kebun khusus seluas sekitar 900 meter persegi. Awalnya, Mahmud hanya memiliki dua ekor ayam, jantan dan betina

Bersambung ke postingan mendatang, Djarum Black Cock Cemani (2)

0 comments:

Post a Comment