Eksplore anything with the simple way...

Tuesday, December 22, 2009

Blackinnovation : Felk Bekas Biker (1)


Dalam mengikuti Djarum Blog competition Volume ke 2 ini, postingan perdana “Felk Bekas Biker” saya sengaja membaginya dalam 2 postingan. Karena kalau dibikin dalam satu postingan terkesan monoton dan kepanjangan.

Postingan ini adalah true history tentang pengalaman pribadi saya.

Selamat menyimak, semoga bisa menjadi inspirasi khususnya buat black community, Amin...

Di Jakarta sekarang, terutama untuk Jakarta Selatan telah disediakan jalur khusus sepeda, dan beberapa Mall telah membuka area parkir untuk sepeda.
Demikian berita sepintas dari koran yang sempat saya baca beberapa hari lalu. Sayangnya sampai terakhir kali saya meninggalkan Jakarta 28 Agustus 1997, fasilitas pendukung para Biker seperti ini belum saya rasakan.

Sebagai salah seorang yang punya hobi bersepeda (biker), kabar ini tentu sangat mengembirakan. Via kesempatan mengikuti kompetisi Djarum Black Blog Competition ini, saya mengusulkan agar Djarum Black di samping menjadi promotor ajang musik, seminar, olah raga, kendaraan bermotor dan kegiatan lainnya, akan lebih bagus kiranya, bila Djarum Black juga berperan serta mengadakan aktifitas Blackinnovationawards atau kegiatan semacamnya khusus untuk para biker.

Apalagi untuk urusan koordinasi terasa sudah sangat membantu dengan adanya organisasi Bike to Work Indonesia (B2W) yang merupakan organisasi komunitas pekerja pecinta sepeda seluruh Indonesia sebagai wahana untuk memasyarakatkan kecintaan akan olah raga sepeda yang secara langsung ikut memberikan kontribusi positif dalam upaya mengurangi pemanasan global.

Semenjak pertengahan 1997 saya pulang kampung ke kota kecil tempat saya dilahirkan, tepatnya di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, ujung timur Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat yang berdampingan langsung dengan Taman Nasional Komodo sebagai perbatasan antara Propinsi NTB dan NTT (di Peta disebut Selat Sape)

Karena mungkin terlanjur sayang dengan sepeda, sampai di kampung saya otomatis tetap melanjutkan bebiasaan ini sampai sekarang.
Ironisnya, sanak saudara dan masyarakat di kampungku kebanyakan mencibir kebiasaan ini. Mereka “lebih Jakarta” dibandingkan aku.


Mereka telah berubah. Para petani dan nelayan yang dulu berumah panggung dengan dinding gedek bertiangkan kaso, kini berubah menjadi rumah beton seperti perumahan real estate.
Anak-anak mudanya yang dahulu waktu saya masih SMP kebanyakan kusir delman dan pencari ranting kering untuk kayu bakar, kini dengan rambut pirang merah kusut, pakai anting metal, lebih suka trek-trekan motor merk terbaru seperti yang pernah trend di Jln. Gajah Mada Jakarta tahun 90an.

Rambut mereka yang dulu secara alami keriting berwarna merah kuning kusut karena terlalu sering terbakar matahari dengan tampang kayak “balak enam” sewaktu membajak sawah ataupun mencari ikan, Kini justru sengaja dicat dan direbonding. wakakhaaakk... khaakaaak... (tertawa terbahak-bahak sendirian kyak gi nonton film Dono Warkop).

Bagaimana dengan sepeda? Boro-boro... heheee... Saya dianggap aneh dan justru dicap Mister Kampungan. Tapi syukurlah, Mister Kampungan masih mending, daripade dicap “preman kampungan” yang dibahunya ada cap “Mangkok Merah Ajinomoto”. Haahaaahaaa (Klo ini, ktawanya ngakak kyak si gembala sapi)

Sekitar pertengahan September 2009 untuk misi Kebangsaan dan Bhineka Tunggal Ika, Bike to work Indonesia (B2W) mengirimkan utusan pasangan Biker Tuna Rungu bernama Yunara dan Rahma (mantan Atlet Nasional Lari 100 M asal Jawa Barat) untuk melakukan perjalanan dengan bersepeda keliling Indonesia yang dilepas secara resmi oleh Menteri Dalam Negeri. Makanya, kegiatan seperti ini akan lebih semarak kalau Djarum Black ikut menjadi sponsor.


Seperti yang diceritakan oleh Yunara dan Rahma sewaktu singgah di daerah Sape Bima Timur, dengan menunjukkan bukti rekomendasi Mendagri (Kami kenal mereka di milis btw indonesia).

Ternyata pada setiap daerah yang disinggahi, sesuai surat edaran dan rekomendasi Mendagri, ditujukan bagi para Gubernur/Bupati/ Walikota dan jajarannya seluruh Indonesia, dianjurkan untuk menerima dan memberikan bantuan berupa akomodasi ataupun uang saku kepada mereka sebagai tamu yang mengemban misi Negara.


Tetapi apa yang terjadi ketika mereka mampir di Kabupaten/Kota Bima? Di saat Gubernur/Bupati/ Walikota dan jajarannya daerah lain dengan sangat baik dan senang hati menerima Yanuar dan Rahma, di Bima, boro-boro dikasih uang saku, disambut pun tidak.

Tanpa bermaksud untuk “narsis”, masih untung mereka sempat menelepon saya sebagai salah satu anggota B2W Indonesia di Kabupaten Bima dan seorang teman yang bernama Pak Olan sehingga mereka bisa kami sambut dengan bantuan seadanya dan mengantarkannya ke Pelabuhan Penyeberangan Sape Bima menuju Flores.

Bersambung ke next posting Felk Bekas Biker (2) Djarum Black innovation award

1 comments:

olanuxer said...

permak terus blognya cooyyy...jadi asyik nih.....s

Post a Comment