Eksplore anything with the simple way...

Sunday, January 3, 2010

Black in Buseness : Edhi Baskoro (Ibas) dengan Kue Kering (1)


Terlepas pro kontra mengenai buku Gurita Cikeas, saya hanya mengambil sisi positifnya. Termasuk memilah referensi dalam buku tersebut dengan sumber yang jelas-jelas valid dan dapat dipertanggunjawabkan.
Walaupun banyak upaya yang mendiskreditkan isi buku tersebut, sesungguhnya kembali ke individu masing-masing yang tentu saja memiliki persepsi yang berbeda.

Sebenarnya, saya sudah menahan diri untuk tidak terlibat dalam kontreversi tersebut, tetapi naluri menulis sebagai newbi, membuat saya tidak sabar untuk turut ambil bagian, sekurang-kurangnya dalam mengutip informasi yang menurut saya menarik untuk di sharing.

Dalam memenuhi 20 artikel untuk mengikuti Djarum Black Blog Competition Volume 2 ini, saya tidak menyinggung tentang hal-hal politik yang akhir-akhir ini, terasa sangat sensitif untuk dibicarakan.
Sengaja saya menulis dan mengutip yang menurut saya soft tentang bisnis kue kering Adi Baskoro.
Untung ada buku Gurita Cikeas, kalau tidak, saya tidak bisa mengetahui banyak info tentang Putra Bungsu Presiden SBY, Ibas heheee....

Seperti pada postinan sebelumnya, kalau agak panjang ceritanya, maka akan saya bagi menjadi 2 judul, yaitu, Djarum Black in Buseness (1) dan Djarum Black in Buseness (2) yang sama-sama memiliki judul “ Edi Baskoro (Ibas) dengan Kue Kering”, selamat menyimak !


EDHIE Baskoro Yudhoyono baru selesai menempuh pendidikan diplomanya di Curtin
University of Technology, Perth, Western, Australia, 26 Februari 2005, ketika keluarga Cikeas
menggelar rapat keluarga untuk membahas masa depan putra bungsu SBY itu.



Materi pembicaan seputar keinginan Ibas (demikian sapaan lajang kelahiran Bandung, 24 November 1980 itu ) Untuk menerapkan dua gelar diploma yang diraihnya selama tujuh tahun, Bachelor of Commerce Finance dan Electronic Commerce, ke dunia kerja.

Namun, pembicaraan yang berlangsung serius tapi santai itu menemui jalan buntu. Posisi SBY sebagai presiden membuat mereka kesulitan mencari kata temu untuk menentukan bisnis apa yang cocok untuk Ibas. SBY dan anak‐istrinya tentu tidak bisa sembarangan melakukan bisnis.
“SBY sangat memahami hal itu,” ujar sumber di lingkungan keluarga Cikeas kepada Indonesia Monitor, pekan lalu.

Alhasil, obrolan keluarga yang diselingi hidangan singkong goreng, jajanan pasar, dan teh manis itu pun tidak menghasilkan putusan apapun. Sebagai kepala keluarga, SBY berusaha membesarkan hati putra kesayangannya itu. “Nggak usah buru‐buru. Insya Allah, nanti pasti akan ada jalan,” ujar SBY, seperti diungkapkan sumber.

Hingga suatu hari, masih menurut sumber, kegalauan keluarga Cikeas itu sampai ke telinga seorang konglomerat pemilik usaha food manufacture, salah satu produknya adalah kopi bubuk kemasan merek terkenal. Selama ini, pengusaha keturunan itu sudah kenal dekat dengan keluarga Cikeas. “Dia menawarkan diri untuk mendidik Ibas berbisnis,” ungkapnya.

Ibas dan ‘suhu bisnisnya’ sepakat memproduksi biskuit dengan merek dagang Bisco di bawah bendera PT Gala Pangan. Setelah itu, mereka mencari lokasi pabrik. Yang dipilih sebagai basis usahanya adalah kawasan industri Jababeka 2, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, sekitar 35 km arah timur Jakarta, tepatnya di Jalan Industri IV Blok PP‐3. (bersambung ke postingan mendatang, Djarum Black in Buseness : Edi Baskoro/bas dengan Bisnis Kue Kering (2)

0 comments:

Post a Comment