Eksplore anything with the simple way...

Wednesday, June 16, 2010

Puisi Politik Sujiwo Tejo Lautan Tangis




Lautan Tangis


Berlayarlah di laut keringat kami
Tertawalah di laut keringat kami
Berselancarlah di laut keringat kami
Perpesiarlah di laut keringat kami

Bergerak, bergerak, tetap bergerak, menderap langkagh, merapat barisan
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Berat kita junjung, ringan kita jinjing
Bergerak, bergerak, tetap bergerak
Berlumur keringat dan air mata

Berlayarlah di laut keringat kami
Tertawalah di laut keringat kami
Berselancarlah di laut keringat kami
Perpesiarlah di laut keringat kami

Bersabar, bersabar kita sejak dulu
Amuk kita timbun, munjung bagai gunung
Bersabar, bersabar kita sejak dulu
Amuk kita tunda, gunung tak meletus
Bersabar, bersabar kita sejak dulu
Sejak dulu nahan sejuk bagai gunung

Pesta poralah di gunung kesabaran kami
Dansa dansilah di gunung kesabaran kami
Injak-injakkan kakimu di gunung kesabaran kami
Buang botol-botol minummu di gunung kesabaran kami

Bersabar, bersabar, sampai habis sabar
Sabar jadi riak, riak jadi ombak
Bersabar, bersabar sampai habis sabar
Bergelora gelora begunung gunung ombak
Gulungan gelombang keringat tangisan kami

Hati-hati jangan kau terlena di laut tangis kami
Hati-hati jangan kau ha ha hi hi di laut keringat kami
Awas, awas, awas di gunung kesabaran kami
Mawas mawas dirilah di gunung kesabaran kami.

Tuesday, June 1, 2010

Puisi Politik Pancasila


GANTI PANCASILA


Ganti saja Pancasila
Nyatanya sila Indonesia tak lagi lima
Tertinggal dua atau satu sila saja
Bisa jadi hanya sila kesatu, meski tidak Esa
Nyatanya: seakan Tuhan menyuruh membunuh umat Tuhan yang lain?
Nyatanya: seakan Tuhan memaksa umat seagama mengusir sesamanya

Ganti saja Pancasila
Dimana relevansinya dengan Negara apalagi di Masyarakat
Nyata, fakta:
Motor-motor berjuta-juta
Kendaraan individu berjaya
Apa arti Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Bila: supir-supir bisdi kota harus bekejar-kerjaan, kebut-kebutan cari penumpang
Setoran tak tercapai, nyawa hilang mungkin saja
Karena penumpang sedikit, mereka beralih ke motor
Nyatanya:
Orang-orang tak berpunya, ratusan juta butuh angkutan murah,
tak jua tersedia kendaraan angkut massif
Bagaimana angkut sayuran, palawija atau dagangan bila tak ada yang mengakut?
Jangan tanya Presiden yang dipilih olehmu, jangan tanya menteri yang ditunjuk olehnya
Karena mereka tidak bodoh, tidak berani dan sedikit pengecut
dan mereka bukan karibnya Chavez, takut berdekatan dengan Castro

Ganti saja Pancasila
Apa arti Persatuan Indonesia
Nyatanya: perbedaan budaya dan adat adalah pemisahan teritorial
Nyatanya: atas nama otonomi, otoritas, dan kelola
Pemekaran kabupaten, provinsi; memakan dana merenggangkan saudara

Ganti saja Pancaila
Apa arti Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyarawaratan Perwakilan
Nyatanya: bukan hikmat apalagi bijaksana yang memimpin, apalagi pencipta kebijakan
Nyatanya: lobi, takar-timbang kepentingan segelintir,
uang dan kekuasaan jadi pemimpin,
pastinya bukan musyawarah

Ganti saja Pancasila
Apa ada Kemanusiaan yang adil dan beradab di sini
Nyata dan fakta:
Setiap bulan saudaraku terusir dari rumah tinggalnya
Bukan oleh penjajah Belanda, Jepang, tapi oleh Satpol PP, bangsa sendiri,
sama warna kulitnya, sama-sama makan nasi

Ganti saja Pancasila
Biar anak-anak, remaja dan orang dewasa tahu,
Indonesia adalah Negara Kapitalis berTuhan, berzakat tiap tahun, berkorupsi tiap bulan
Ganti saja Pancasila
Biar anak-anak, remaja dan semua orang dewasa paham,
Pancasila sudah diubah oleh mentri-mentri, anggota-anggota DPR
berdasar Pasar, berdasar investasi, berdasar pengusaha
tak peduli Rakyat

Ganti saja Pancasila
Biar anak-anak, remaja dan orang dewasa mudah serap, belajar ideologi baru,
banyak contoh banyak aplikasi:
Marsinah dibunuh, Munir dibunuh, rakyat ditindas rumah tergusur, pasar tradisional mati,
mal-mal dibangun, warung-warung tidak laku, indomaret-alfamaret merangsak merajalela
Itulah dasar negara Indonesia baru, dasar negara Kapitalis-birokrat, berbalut otoriter nan santun
percaya pada Tuhan, menTuhankan uang

Ganti saja Pancasila
Bhineka Tunggal Ika, hampir hilang makna
Soeharto sukses manunggal keseragaman
kini DPR dan pemerintah siap lahirkan
Undang-undang berpihak ‘kesucian’ dan ‘kepedulian’
yang belum tentu Indonesia, belum tentu Nusantara